Dosen Prodi Ekonomi Islam Juara 2 Best Paper Freks 2018

Dialah, Zein Muttaqin, SEI., MA., Dosen Program Studi Ekonomi Islam (PSEI) Fakultas Ilmu Agama Islam (FIAI) Universitas Islam Indonesia (UII) berhasil mengukir prestasi di kalangan para akademisi ekonomi Islam bertaraf nasional pada Forum Riset Ekonomi dan Keuangan Syariah (FREKS) sebagai juara 2 best paper untuk kategori SCOPUS di tahun 2018 ini, dengan judul Preliminary analysis on relationship between economic sectors and Islamic financial sector in Indonesia: A cointegration approach.

Forum ini merupakan program tahunan yang diselenggarakan oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK) bersama Ikatan Ahli Ekonomi Islam (IAEI) dalam rangka mendukung pengembangan riset keuangan Syariah. Tema yang diusung pada FREKS tahun ini ialah “Mendorong Kontribusi Sektor Jasa Keuangan Syariah dalam Pemerataan Kesejahteraan Masyarakat”, dengan menghadirkan Keynote Speech  Prof. Dr. Bambang Permadi Soemantri Brodjonegoro, S.E., M.U.P sebagai Ketua Umum IAEI dan Menteri PPN/Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional.

Kegiatan ini berlangsung selama tiga hari dimulai tanggal 8-10 Muharam 1440 H/18-20 September 2018 M di Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh yang berisikan forum akademis dengan program Prominent Lecture on Islamic Economic yang disampaikan oleh Prof. Dr. K.H. Ma’ruf Amin selaku ketua Majelis Ulama Indonesia, dan Prof. Dr. Ir. KH. Mohammad Nuh, DEA selaku Ketua Badan Pelaksana Wakaf Indonesia. Program utama kegiatan ini adalah forum presentasi dan diskusi panel paper yang terbagi dalam tiga kategori, yaitu Muda, Madya, dan Utama (Scopus) dengan ruang lingkup kajian pada perbankan Syariah, pasar modal Syariah, dan industry keuangan non-bank Syariah.

Menurut Zein, kegiatan ini menjadi batu lompatan baginya untuk mengembangkan diri dan berkontribusi untuk ekonomi Syariah, “Forum ini merupakan lompatan baik bagi saya untuk bisa terus berkembang dan berkontribusi lebih banyak pada kajian ekonomi syariah ke depannya”, pungkasnya. “Dan forum ini juga perlu diperluas ruang lingkup kajiannya dengan tidak hanya terbatas pada kajian perbankan dan keuangan syariah, namun juga pada seluruh aspek kajian ekonomi syariah yang lebih luas”, tuturnya berpesan.

Peserta yang mengikuti kegiatan ini berasal dari berbagai background, seperti mahasiswa, dosen, peneliti, industry, bahkan asosiasi non pemerintah turut serta meramaikan forum akademis ini dengan tujuan bersama untuk pengembangan riset ekonomi Syariah ke depannya.

Mahasiswa Ekonomi Islam Juara 3 Business Model Canvas Competition

Moch Rizal Bayu Bakti Nugroho Mahasiswa Program Studi Ekonomi Islam Fakultas Ilmu Agama Islam Universitas Islam Indonesia angkatan 2018 raih juara 3 Business Model Canvas Competition. Business Model Canvas Competition tersebut digelar oleh Pondok Preneur Indonesia dengan tema “Empowering Young Preneur to Empower Islamic Economics”. Sepuluh peserta terbaik berkesempatan menjadi peserta dalam mega seminar nasional entrepreneur day sekaligus penganugerahan juara pada 8 September 2018 di Auditorium Universitas Sebelas Maret Surakarta. Mahasiswa asal sragen tersebut bersaing dengan delegasi dari beberapa universitas terkemuka diantaranya Universitas Brawijaya, Universitas Gajah Mada, Universitas Diponegoro, dan lain sebagainya.

Mahasiswa yang akrab disapa Rizal tersebut mengaku sempat tidak percaya dapat meraih juara dan menyisihkan delegasi yang mayoritas bukan mahasiswa semester awal. Karena ia masih terbilang mahasiswa UII yang sangat baru, bahkan masih masa H+7 pasca OSPEK Fakultas. Melalui Ajang Tersebut, Rizal merasa sangat bersyukur karena mendaatkan banyak pengalaman dan pengetahuan baru”Alhamdulillah, Banyak belajar. Melihat presentasi produk peserta lain, mendangar dan merasakan semua pengalaman menjadi pelajaran berharga bagi saya” Paparnya.

Menurut Rizal, mahasiswa bukanlah hanya soal Indeks Prestasi Komulatif (IPK), namun juga harus dapat menunjukkan bukti nyata sebagai generasi muda penerus bangsa, mahasiswa harus dapat mempersembahkan karya terbaik untuk Indonesia.

Mahasiswa Ekonomi Islam Raih Juara 3 Arabic Debate Internasional

Muhammad Fakhri Al-Kahfi mahasiswa Program Studi Ekonomi Islam,  Fakultas Ilmu Agama Islam Universitas Islam Indonesia angkatan 2015 kembali menorehkan prestasi. Kali ini, ia berhasil meraih juara 3 Arabic Debate pada ajang IIUM International Arabic Debate Open 2018 yang diselenggarakan oleh International Islamic University Malaysia. Ajang yang dilaksanakan pada tanggal 27- 30 Juli 2018 tersebut bertujuan meningkatkan kemampuan para pelajar/ mahasiswa dari beberapa negara untuk dapat berfikir nalar kritis, berargumen, menemukan solusi dari berbagai permasalahan kontemporer, serta memaparkanya dengan menggunakan bahasa internasional.

Fakhri, mewakili prodi Ekonomi Islam bersama kedua rekan timnya Saiful Aziz (FIAI_ IP al-Ahwal asy-Syakhsyiyyah angkatan 2014) dan Auzia Hilmy Muhammad (FE-Ilmu Ekonomi angkatan 2015) selaku delegasi UII merupakan satu-satunya tim yang mewakili Indonesia. Tim tersebut tergabung dalam el-Markazi Universitas Islam Indonesia yang saat ini sedang menuju peraihan 200 prestasi. Selain Indonesia, Ajang tersebut diikuti oleh beberapa delegasi dari negara Yordania, Malaysia, dan Singapore.

Tim UII melalui lima kali babak penyisihan. Pada babak awal tim tersebut  gagal saat berhadapan dengan tim dari Yordania dan babak semi final gagal saat berhadapan dengan delegasi dari University of Malaya yang pada akhirnya menjadi juara pertama sedangkan juara kedua diraih oleh IIUM. Tidak hanya meraih Juara 3, Delegasi Universitas Islam Indonesia juga mendapat penghargaan Best Speaker yang diraih oleh Saiful Aziz.

Ajang tersebut sangat berkesan bagi Fakhri. Baginya, penggunaan Bahasa Arab dalam debat merupakan hal yang sangat menantang. “Mempelajari bahasa Internasional sangat penting, baik bahasa Inggris maupun Arab. Jangan pernah berhenti belajar walaupun bukan hal yang mudah dalam mempelajarinya” pesanya.

Mahasiswa Ekonomi Islam UII Latih Ketrampilan Souvenir Pinus Desa Jati

Melihat potensi desa yang belum dimaksimalkan, Enam mahasiswa Prodi Ekonomi Islam, Fakultas Ilmu Agama Islam, Universitas Islam Indonesia berikan pelatihan kerajinan bunga pinus pada Karang taruna Desa Jati Kecamatan Bener Kabupaten Purworejo Jawa Tengah. Kegiatan pelatihan tersebut diadakan pada hari Sabtu, 11 Agustus 2018 di Aula Wisata Sikepel desa Jati. Mahasiswa yang tergabung dalam mahasiswa Kuliah Kerja Nyata (KKN) Universitas Islam Indonesia angkatan 57 tersebut diantaranya adalah Erna fittria, Rizki Nur Azizah, Nafis Husna Khoirunnisa, Lulluk Isna Munifah, Nana Nail Ulfa, dan Reza Hernando.

Ide untuk memberikan pelatihan kerajinan ini muncul setelah melihat adanya potensi Desa Jati yang memiliki objek wisata berupa hutan pinus “Sikepel” yang masih terbilang baru dan belum memiliki cinderamata khas wisata, sedangkan banyak bunga pinus yang berjatuhan di lokasi yang dapat dimanfaatkan untuk membuat kerajinan. Melihat potensi tersebut, Keenam mahasiswa Ekonomi Islam mengkolaborasikan program kerja individu menjadi satu rangkaian kegiatan sosialisasi dan pelatihan karang taruna desa. Acara terbagi menjadi dua sesi, dimulai dengan sesi sosialisasi mengenai bisnis plan, manajemen keuangan syariah, dan pemasaran online dan offline. Sesi kedua berupa pelatihan membuat kreasi  kerajinan  dengan bahan dasar bunga pinus. Pelatihan dimulai dengan penjelasan bahan-bahan yang diperlukan untuk membuat kerajinan, penjelasan tahap-tahap pembuatan, dan dilanjutkan dengan praktik masing-masing membuat gantungan kunci berbentuk burung hantu, bunga pinus, dan tempat tissue. Sosialisasi tersebut sekaligus menjadi sarana dakwah mahasiswa Ekonomi Islam dengan cara menyampaikan materi dengan nilai-nilai ekonomi islam untuk diterapkan dalam pengembangan bisnis kerajinan bunga pinus.

 

Musrokim selaku Kepala Desa Jati turut menyambut baik program kerja mahasiswa Program Studi Ekonomi Islam FIAI UII ini. Tidak hanya sampai di pelatihan karang taruna, Mahasiswa turut diminta untuk memberikan pelatihan dan pendampingan kepada ibu – ibu PKK desa yang akan mengangkat souvenir bunga pinus untuk menjadi salah satu potensi desa yang dipamerkan pada lomba kerajinan desa tingkat kecamatan. “Silaturahmi jangan sampai terputus  ya, pendampingan juga harus tetap dilakukan pasca KKN melalui saling bertukar kabar. Semoga ilmu yang telah diberikan dapat bermanfaat dan dikembangkan di Desa Jati” pesanya. Nafis megaku sangat senang karena program kerja kolaborasi tersebut dapat bermanfaat dan menjai inspirasi bisnis bagi warga setempat. “Harapan kami, pelatihan ketrampilan ini akan dapat terus berlanjut hingga menjadi salah satu sumber perekonomian bagi warga Desa Jati” Ujar Nafis.

 

Mahasiswa Ekonomi Islam Praktik Kerja Lapangan di Malaysia

Program Studi Ekonomi Islam (PSEI), Fakultas Ilmu Agama Islam (FIAI), Universitas Islam Indonesia (UII) semakin melebarkan sayapnya dalam merambah dunia internasional. Demi meningkatkan kualitas lulusanya, PSEI terus berupaya memfasilitasi mahasiswa untuk dapat memiliki pengalaman gobal. Salah satu upaya tersebut terealisasikan dalam kegiatan Praktik Kerja Lapangan (PKL) Internasional yang dilaksanakan pada 2-3 Agustus 2018 di Brainy Bunch International Islamic Montesori, Selangor, Malaysia. PSEI memberangkatkan 4 mahasiswa Konsentrasi Keuangan Publik Islam (K2) angkatan 2015 yang terdiri dari Andri Mardika, Ahmad Maslahatul Furqan, Rafika Ulfiana, Annisa Hayyunah Wahab.

Dalam menerapkan ilmunya di institusi tersebut, keempat mahasiswa PSEI ditempatkan dalam tiga divisi yang berbeda yaitu divisi marketing, keuangan, dan administrasi. Kegiatan permagangan dilaksanakan selama lima hari kerja dimulai pada pukul 09.00 hingga 18.00 waktu setempat. Selama masa PKL mahasiswa  tinggal di hostel yang telah disediakan oleh pihak institusi bersama dengan karyawan dan murid dari institusi tersebut, oleh karenanya mahasiswa dapat berbaur dan merasakan atmosfer kehidupan di lingkungan tempat praktik permagangan.

Rafika Ulfiana mengaku senang mendapatkan kesempatan untuk mempraktikan ilmu yang dipelajari selama di bangku perkuliahan, merasakan real  dunia kerja, menambah wawasan dan melatih kedisiplinan. Ia berharap PKL Program Studi Ekonomi Islam untuk yang pertama kalinya di Brainy Bunch International Islamic Montesori ini akan dapat membuka kesempatan bagi adik-adik Program Studi Ekonomi Islam seterusnya. “Semoga bisa terus berlanjut untuk angkatan selanjutnya” ujarnya.

Pada hari pelepasan kepulangan mahasiswa ke tanah air, Founder dan CEO Brainy Bunch Mohd Fadzil Hashim berpesan kepada mahasiswa praktik agar dapat membuat inovasi baru di Indonesia sebagai wujud suksesnya proses belajar di selama masa permagangan. Turut hadir dosen dan staff PSEI pada acara tersebut yaitu Rizqi Anfanni Fahmi SEI., MSI. dan Rizal Nasrullah SEI. Pihak PSEI terus berupaya mensupport prestasi dan peran aktif mahasiswa dalam kegiatan nasioal maupun internasional. Diharapkan prestasi tersebut dapat menjadi salah satu kontribusi dalam mewujudkan Prodi Ekonomi Islam UII terakreditasi “A” Amin.

Prodi Ekonomi Islam adakan Sosialisasi Inkubasi Kreatifitas Mahasiswa

Program Studi Ekonomi Islam (PSEI) Fakultas Ilmu Agama Islam (FIAI) Universitas Islam Indonesia  (UII) adakan kegiatan Sosialisasi Inkubasi Kreatifitas Mahasiswa dengan tema “Menjadi Ekonom Muslim yang Aktif, Kreatif, dan Berprestasi”. Kegiatan yang di Laksanakan pada Hari Selasa, 11 September 2018 tersebut bertujuan untuk memberikan gambaran kepada mahasiswa Prodi Ekonomi Iskam khususnya mahasiswa  baru angkatan 2018 untuk dapat aktif dalam dunia perkuliahan maupun organisasi. Oleh karenanya Prodi Ekonomi Islam menghadirkan tiga ketua organisasi dibawah naungan FIAI dan Prodi Ekonomi Islam, diantaranya yaitu Wildan Achsanul Fikri ketua Forum Kajian Ekonomi Islam (FKEI), M. Syahdi Yusuf ketua Kelompok Studi Pasar Modal Syariah (KSPMS), dan Nafis Husna Khoirunnisa ketua Marketing and Communications Team (MARCOMM) FIAI serta Tulasmi SEI. MEI. Selaku dosen Prodi Ekonomi Islam.

Acara sosialisasi dibuka oleh Tulasmi dengan membuka sesi pertanyaan bagi mahasiswa yang ingin tahu mengenai sosialisasi tersebut dan mendapat respon sangat positif oleh peserta. antusiasme tersebut terlihat dengan banyaknya pertanyaan yang diajukan. Selanjutnya, Nafis selaku ketua tim MARCOMM & mahasiswa PSEI yang cukup aktif mengikuti beberapa kegiatan non akademik  sharing pengalamanya, memberikan tips dan motivasi serta memperkenalkan tim MARCOMM kepada Peserta. Menyusul Nafis, Wildan memperkenalkan FKEI  dan memberikan informasi terbukanya kesempatan bagi mahasiswa Prodi Ekonomi Islam untuk menjadi tim Lomba Karya Tulis Ilmiah (LKTI) dan Olimpiade Prodi Ekonomi Islam melalui FKEI. Terakhir, Syahdi dengan gayanya yang nyentrik memperkenalkan KSPMS dan dasar informasi mengenai investasi saham syariah yang disambut dengan antusiasme yang tinggi oleh mahasiswa yang ingin tahu lebih lanjut mengenai saham syariah.

Tidak hanya sosialisasi, Prodi Ekonomi Islam juga menghadirkan stand-stand organisasi untuk memfasilitasi mahasiswa dalam mencari tahu mengenai ketiga organisasi tersebut secara lebih leluasa. Diharapkan, melalui kegiatan tersebut dapat memberikan gambaran bagi mahasiswa mengenai kegiatan non akademik yang nantinya akan didukung secara penuh oleh prodi secara moril maupun materiil, dengan adanya pemahaman sejak dini, mahasiswa baru dapat mulai mendapatkan gambaran dalam mengembangkan potensi yang dimiliki sehingga dapat berkontribusi bagi pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM) Prodi Ekonomi Islam yang aktif, kreatif dan berprestasi.

Eratkan kekeluargaan, Prodi Ekonomi Islam Adakan Alumni Gathering

Program Studi Ekonomi Islam Fakultas Ilmu Agama Islam Universitas Islam Indonesia selenggarakan alumni gathering bertajuk “Alumni Muleh Jogja” yang dilaksanakan pada sabtu s.d minggu 8-9 September 2018 di Barza Hotel Yogyakarta. Kegiatan tersebut dihadiri oleh sekitar 150 keluarga dosen Prodi Ekonomi Islam dan alumni yang “muleh Jogja” dari berbagai daerah di Indonesia. Dalam sambutanya, Direktur pengembangan karir dan alumni Abdurrahman Al-Faqih, S.H., M.A., LLM. Sangat mengapresiasi  kegiatan Alumni Gathering yang dilaksanakan oleh Prodi Ekonomi Islam dan memberikan masukan untuk adanya database alumni sebagai tindak lanjut kegiatan tersebut.

Selain reuni, kegiatan Alumni Gathering Prodi Ekonomi Islam sekaligus menjadi sarana pemilihan ketua Ikatan Keluarga Alumi (IKA) Prodi Ekonomi Islam UII yang dipandu oleh Junaidi Safitri S.E.I., M.S.I. dan Tulasmi S.E.I. pemilihan tersebut diawali dengan pengajuan perwakilan formatur yang dipilih dari perwakilan tiap angkatan yang kemudian menjadi bagian dari dewan formatur. Perwakilan formatur dari masing-masing angkatan yang terpilih kemudian menempati ruangan yang berbeda untuk musyawarah mufakat penentuan ketua dan pengurus hingga akhirnya terpilih Sugihart0 S.E.I sebagai ketua IKA EKIS UII. Diruangan lain, peserta sarasehan bernostalgia dengan saling menyampaikan kesan dan pesanya terkait Prodi Ekonomi Islam UII.

Tidak kalah seru dengan kegiatan di siang hari, kegiatan malam  “Night Market” disajikan secara menarik dengan design outdoor dan aneka sajian seperti music, band, aneka makanan yang dibeli dengan uang kertas yang telah dibagikan panitia, serta aneka stand mahasiswa dan alumni berupa makanan, minuman, souvenir, maupun aksesoris. Pada malam itu juga, sekaligus dilaksanakan pelantikan pengurus IKA EKIS UII oleh Wakil dekan II FIAI dan Ketua IKA UII. Rangkaian acara ditutup dengan kegiatan campus tour yang mengajak para alumni untuk bernostalgia dengan suasana kampus. Khurul aimmatul umah S.E.  alumni Prodi Ekonomi Islam Angkatan 2013 merasa sangat puas dengan acara alumni gathering dan tidak menyangka berjalanya kegiatan akan sangat mengasyikkan “gak nyangka saya kira akan monoton, ternyata sangat mantab. Kekeluargaanya dapet banget dan pecaah” ujarnya. Lebih lanjut, alumni yang akrab disapa aim tersebut memberikan saran untuk kegiatan selanjutnya dapat lebih diperbanyak permainan outdoor untuk lebih mengakrabkan alumni antar angkatan. “Terimakasih panitia yang sudah meluangkan waktu, tenaga, dan pikiran, acaranya mantap lah!” Pungkasnya.

Prodi Ekonomi Islam Adakan Kompetisi Hibah Penelitian Kolaboratif Dosen Dan Mahasiswa

Dalam rangka meningkatkan mutu penelitian dan mendorong sikap kompetitif mahasiswa Program Studi Ekonomi Islam (PSEI) dalam berkarya ilmiah, Prodi Ekonomi Islam Fakultas Ilmu Agama Islam (FIAI) Universitas Islam Indonesia (UII)  adakan kegiatan kompetisi hibah penelitian kolaboratif dosen dan mahasiswa 2018. Kompetisi tersebut bertujuan untuk membuka  akses yang luas bagi mahasiswa dalam rangka peningkatan kapasitas (capacity building) di ranah akademik, khususnya dalam riset. Selain itu, juga ditujukan pada peningkatan mutu penelitian mahasiswa dalam bentuk laporan penelitian kolaboratif.

Penelitian kolaboratif berlangsung selama tiga bulan dengan peserta mahasiswa ekonomi islam angkatan 2015 dan 2016 yang telah/sedang menempuh mata kuliah Metodologi Penelitian dan Statistik. Mahasiswa yang terlibat dalam penelitian kolaboratif tersebut merupakan mahasiswa yang sebelumnya telah lolos seleksi berkas berupa transkrip nilai, isian formulir, surat pernyataan dan proposal penelitian sesuai dengan tema yang dipilih hingga terpilih 10 mahasiswa yang lolos untuk melanjutkan program penelitian kolaboratif. Setelah proposal disetujui, mahasiswa masing-masing mendapatkan dosen pasangan dari Prodi Ekonomi Islam yng akan mendampingi dalam penyusunan penelitian kolaboratif.

Puncak kegiatan penelitian kolaboratif tersebut ialah pelaksanaan diseminasi hasil penelitian yang dilaksanakan pada hari Kamis, 13 September 2018 di Ruang Sidang Fakultas Ilmu Agama Islam (FIAI) Gedung K. H.A Wahid Hasyim Universitas Islam Indonesia (UII). Mahasiswa mempresentasikan hasil penelitian kolaboratif didepan tiga penguji yang merupakan dosen Prodi Ekonomi Islam. Latifvah Permata Zandri sebagai salah satu peserta penelitian kolaboratif merasa antusias dengan kegiatan tersebut karena ia mendapatkan gambaran dalam penyusunan skripsi nantinya. “Seneng, jadi ada gambaran dan pengalaman untuk nanti menyusun skripsi” ujar latifvah. “Semoga melalui kegiatan ini, dapat meningkatkan akreditasi Prodi Ekonomi Islam, dan apabila memungkinkan dapat terdaftar dalam jurnal serta diikutkan conference” pungkasnya.

Dengan program tersebut, diharapkan akan didapatkan penyempurnaan kualitas mahasiswa dalam wujud laporan penelitian dan naskah pulikasi, serta terdokumentasikan laporan dan naskah publikasi yang berkualitas dalam format hard copy dan soft copy. Output tersebut turut diharapkan akan dapat berkontribusi dalam upaya reakreditasi Program Studi Ekonomi Islam untuk memperoleh akreditasi A. Amin.

Bisnis Sebagai Ibadah, Sebuah Manifestasi Kesalehan Sosial

Bisnis Sebagai Ibadah, Sebuah Manifestasi Kesalehan Sosial

Oleh: Anom Garbo, SEI., ME

Kondisi umat Islam saat ini relatif belum mampu berdaulat dalam penguasaan ekonomi dan memiliki ketergantungan ekonomi yang cukup tinggi terhadap pihak lain. Salah satu penyebab kelemahan tersebut antara lain pemahaman yang belum optimal terhadap nilai-nilai dan ajaran agama, sehingga nilai-nilai tersebut diabaikandan tidak dapat diimplementasikan secara komprehensif dalam seluruh lini kehidupan. Sudah semestinya umat Islam bangkit dari keterpurukan ekonomi khususnya dalam mengatasi problem kemiskinan dan keterbelakangan akibat termarjinalkan dalam dunia ekonomi dan bisnis dengan mengembangkan jiwa entrepreneurship yang kokoh dan tangguh. Apalagi di tengah samudera modernitas saat ini, segala aspek bisa terhubung dengan demikian mudah dan cepat. Beragam kreativitas maupun inovasi bisa segera dibangun bersumber dari akses terhadap gerbang informasi yang terbuka lebar. Karena menjadi wirausahawan sesungguhnya hanya membutuhkan keberanian secara pribadi untuk kemudian menciptakan karya bernilai ekonomi tinggi melalui proses kreativitas dan inovasi.

Dalam membangun jiwa kewirausahaan umat yang berorientasi pada keuntungan jangka pendek (dunia) dan jangka panjang (akhirat) maka nilai-nilai luhur yang terkandung dalam ajaran Islam hendaknya perlu untuk direvitalisasi. Nilai ibadah yang luas, dimana bukan hanya terkait dengan aspek ritual saja dapat menjadi motivasi utama untuk membangkitkan semangat berbisnis. Motivasi ibadah untuk meraih ridho Allah ini dapat dijadikan dorongan untuk membangkitkan jiwa-jiwa bisnis dan kewirausahaan, sebab menumbuhkan jiwa kewirausahaan merupakan awal dalam membentuk dan menciptakan pribadi yang ulet, tanggung jawab dan berkualitas hingga akhirnya dapat bermuara pada terwujudnya kompetensi kerja.

Adapun selain itu, gencarnya modernisasi di segala aspek membuka peluang  persaingan bisnis yang semakin tidak terkendali, yang seringkali terjadi persaingan bisnis ataupun usaha yang tidaklah sehat. Dalam konteks membangun jiwa bisnis, saat ini nilai-nilai kejujuran dan amanah seringkali diabaikan oleh pelaku bisnis, padahal hal tersebut merupakan dasar yang cukup penting untuk ditanamkan. Oleh karena itu, integrasi antara ketaatan dalam ibadah dengan semangat membangun bisnis sangatlah dibutuhkan. Sikap jujur akan mengundang banyak simpati, relasi, dan membuat orang lain dengan kerelaannya menaruh dan memberikan kepercayaan seperti yang telah diajarkan oleh Nabi Muhammad SAW.

IBADAH

Secara harfiah ibadah berarti bakti kepada Allah swt, sebab didorong dan dibangkitkan oleh aqidah atau tauhid. Dalam terminologi Islam, ibadah adalah kepatuhan kepada Allah yang didorong oleh rasa kekaguman dan ketakutan. Ibadah juga yang membuat “aqidah Islamiyyah” menjadi hidup dalam jiwa yang melakukannya, dan yang menyalurkan aqidah Islamiyyah dari tingkat penalaran menuju tingkat penghayatan, sehingga nurani manusia dapat mengidentifikasi segala suatu yang potensial pada dirinya. Dalam konteks pengembangan bisnis, kesadaran manusia atas potensi yang terdapat dalam dirinya merupakan modal utama terciptanya kreativitas dan inovasi, yang pada akhirnya bisa bermuara pada terbentuknya karya ataupun entitas bisnis.

Al-Qur’an telah mempopulerkan berbagai bentuk ibadah selain ibadah wajib. Shalat, dzikir dsb.. Berkaitan dengan ibadah adalah amal saleh yang memberi manfaat secara individual. Namun ada amal saleh yang bermanfaat bagi pelaku sekaligus bermanfaat bagi orang lain, hal tersebut adalah amal kemasyarakatan, seperti halnya membuka lapangan pekerjaan baru, membebaskan orang dari kebodohan, keterbelakangan, kemiskinan dan menolong orang yang sedang berada dalam kesulitan. Menurut Islam, amal sosial ini bernilai lebih tinggi daripada amal individual. Karya yang berkembang di tengah masyarakat akan diberi ganjaran lebih besar daripada aktivitas yang menguntungkan diri sendiri.

IBADAH SOSIAL

Dari Sumber-sumber Islam baik al Qur-an maupun hadits nabi saw diketahui bahwa dimensi pengabdian atau ibadah sosial dan kemanusiaan dalam Islam sesungguhnya jauh lebih luas dan lebih utama dibandingkan dengan dimensi ibadah personal. Dalam literasi fiqh klasik kita dapat melihat bahwa bidang Ibadat (ibadah personal) merupakan satu bagian dari banyak bidang keagamaan lain. Dalam buku-buku hadits kita juga melihat bahwa bab ibadah personal jauh lebih sedikit dibanding bab-bab yang lain. Fath al Bari Syarh Shahih al Bukhari, sebuah kitab hadits paling populer, misalnya hanya mengupas persoalan ibadah dalam empat jilid dari dua puluh jilid yang menghimpun bab lainnya. Ini jelas menunjukkan bahwa perhatian Islam terhadap persoalan-persoalan publik jauh lebih besar dan lebih luas daripada perhatian terhadap persoalan-persoalan personal.

Relevansi Memperdalam Konsep Ibadah di Tengah Modernitas

Pemahaman doktrin ibadah secara dangkal akan menjerumuskan umat Islam. Hal ini bisa dilihat bahwa sampai saat ini masih banyak yang menafsirkan ibadah dengan cara yang sangat sempit atau hanya yang menyangkut aspek ritual saja, seperti shalat, puasa, haji dsb., akibatnya ibadah seringkali kemudian berseberangan dengan aktivitas seseorang ketika sedang bekerja dalam berbagai sektor. Padahal sebenarnya doktrin ibadah lebih luas dari sekedar itu. Dalam firman Allah QS. Adz-Dzariyat: 56 berikut ini:

Artinya:  “dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku.”

Dapat ditafsirkan bahwa setiap aktivitas manusia sesungguhnya adalah ibadah dan keseluruhan muara dari semua aktivitas tersebut adalah kesejahteraan manusia di dunia maupun kemenangan di akhirat. Kesejahteraan itu sendiri erat kaitannya dengan keuntungan yang didapatkan oleh manusia. Konsep beruntung dalam Islam memiliki tiga dimensi: yakni jangka pendek (dunia), jangka menengah (alam kubur); dan jangka panjang (akhirat). Maka, seperti halnya bisnis seharusnya tidak boleh berhenti untuk kepentingan jangka pendek, atau bisnis itu sendiri, bukan pula sekedar mencari keuntungan pragmatis tetapi sekaligus sebagai ibadah.

Berbisnis menjadi bagian pentig dari ibadah, sehingga jalan yang ditempuh seyogyanya juga sesuai dengan ajaran Islam itu sendiri. Islam memandang penting semua itu agar manusia bisa dengan lebih mudah menjalankan bentuk ibadah-ibadah lainnya seperti memberi nafkah terhadap keluarga, menyantuni anak yatim, membayar zakat dsb. Oleh karena itu, bercita-cita menjadi kaya dan bekerja keras sebagai aktualisasinya termasuk ke dalam ranah ibadah. Adapun demikian, fakta yang menunjukkan bahwa belum banyak umat Islam yang mampu berdaulat secara ekonomi seringkali diidentifikasi sebagai akibat dari belum kaffahnya aktvitas bisnis mereka mengadopsi prinsip-prinsip Ibadah dalam aktivitas bisnis mereka.

Urgensi Bisnis di Tengah Modernitas

Kemiskinan merupakan permasalahan ekonomi serius yang dihadapi masyarakat saat ini. Problem tersebut bersifat massiv, yakni tidak hanya dialami oleh umat Islam saja. Oleh karena itu gerakan untuk mengubah keadaan dalam bentuk perbaikan dan pemerataan ekonomi perlu dilakukan. Perbaikan tersebut harus dilaksanakan dengan berpegang pada prinsip keadilan. Sesungguhnya hal ini tidak akan terjadi jika ada kesadaran untuk mengusahakannya, karena usaha mengubah nasib dan merupakan tanggung jawab setiap orang untuk meningkatkan kesejahteraan diri, keluarga dan bangsanya. Sebagaimana dilukiskan dalam firman Allah QS Ar-Rad 11:

 

Artinya: “bagi manusia ada malaikat-malaikat yang selalu mengikutinya bergiliran, di muka dan di belakangnya, mereka menjaganya atas perintah Allah[767]. Sesungguhnya Allah tidak merobah Keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merobah keadaan[768] yang ada pada diri mereka sendiri. dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap sesuatu kaum, Maka tak ada yang dapat menolaknya; dan sekali-kali tak ada pelindung bagi mereka selain Dia.”

Salah satu modal awal dalam menumbuhkanekonomi yang kuat adalah menebarkan semangat dan mental entrepreneur. Dalam masyarakat pada umumnya terkondisi secara kultur untuk menjadi seorang pegawai. Wacana kehidupan dalam format pegawai, orang upahan, dan suruhan telah berkembang sejak lama. Dalam hal ini bukan berarti menjadi pegawai itu kurang baik daripada menjadi wirausahawan. Dunia usahapun tidak akan bergerak jika tidak ada pegawai-pegawai. Akan tetapi yang harus ditumbuhkan adalah mental dan jiwa wirausaha agar tercipta kemandirian sebuah bangsa.

Peran pengusaha Islam dalam upaya pemerataan ekonomi tentu sangatlah diharapkan, bahkan mustinya mampu menjadi aktor pembangunan ekonomi mengingat penduduk Indonesia yang didominasi oleh umat Islam. Ditambah dengan rujukan QS (13:11) bahwa kegiatan tersebut merupakan suatu bentuk ibadah bagi seorang muslim. Peningkatan sektor bisnis demi memberantas kemiskinan adalah kegiatan bernilai ibadah sosial, dan kewajiban yang menyangkut nilai dan bobot keagamaan seseorang.

Islam dan Kewirausahaan

Dalam pandangan Islam, bekerja dan berusaha, termasuk berwirausaha dapat dikatakan merupakanbagian tak terpisahkan dari kehidupan manusia karena keberadaannya sebagai khalîfahfî al-’ardh dimaksudkan untuk memakmurkan bumi dan membawanya ke arah yang lebih baik. Posisi bekerja dalam Islam sebagai kewajiban kedua setelah shalat. Oleh karena itu apabila dilakukan dengan ikhlas maka bekerja itu bernilai ibadah dan mendapat pahala. Bekerja tidak saja menghidupi diri sendiri, tetapi juga menghidupi orang-orang yang ada dalam tanggungan dan bahkan bila sudah berkecukupan dapat memberikan sebagian dari hasil kerja untuk menolong orang lain yang memerlukan.

Berusaha dalam bidang bisnis dan perdagangan adalah usaha kerja keras. Dalam kerja keras itu, tersembunyi kepuasan batin yang tidak dinikmati oleh profesi lain. Dunia bisnis mengutamakan prestasi lebih dulu, baru kemudian prestise, bukan sebaliknya. Prestasi dimulai dengan kerja keras dalam semua bidang. Bekerja keras merupakan hal yang penting dari kewirausahaan. Prinsip kerja keras dalam kewirausahaan merupakan langkah nyata yang harus dilakukan agar dapat menghasilkan kesuksesan, tetapi harus melalui proses yang penuh dengan tantangan atau risiko.

Teladan dari Rasulullah saw yang juga merupakan seorang wirausaha dapat dijadikan aset yang sangat berharga dalam konsep kewirausahaan yang berbasis syariah. Nilai-nilai kejujuran (shiddîq), ‘amânah (dapat dipercaya), fathânah (kecerdasan), tablîg (komunikatif) merupakan pilar utama yang harus dimiliki oleh seorang wirausaha. Sebagai pelaku bisnis dan juga rasul, Nabi Muhammad saw tak henti-hentinya menghimbau umatnya untuk berwirausaha guna mencari rezeki Allah yang halal. Islam mengajarkan bahwa rezeki tidak ditunggu tapi dicari bahkan dijemput. Allah menurunkan rezeki sesuai dengan usaha yang dilakukan manusia sesuai prinsip bisnis universal, yaitu amanah dan terpercaya, di samping mengetahui dan memiliki keterampilan bisnis yang baik dan benar. Oleh karena itu seberapa besar manusia mencurahkan pikiran dan tenaga, sebesar itu pula curahan rezeki yang dikaruniakan Allah Swt.

 

Berbisnis Dengan Motivasi Ibadah

Syariat Islam memandang penting kekayaan untuk dapat mendukung pelaksanaan ketentuan-ketentuan Allah Swt. Setidaknya terdapat dua rukun Islam yang mensyaratkan kemampuan ekonomi yang cukup, yakni kewajiban melaksanakan zakat dan ibadah haji. Lebih lanjut Rasululah saw menyatakan dengan sabdanya “kaada a-faqru an yakuuna kufran” yakni kemiskinan bisa membawa orang kepada kekufuran. Berarti bahwa kemiskinan bisa menjadi ancaman terhadap iman, bahkan dalam banyak kasus seorang muslim berpindah keyakinan karena alasan kebutuhan ekonomi. Oleh sebab itu, sudah seharusnya dari sekarang kita tanamkan dalam diri kita sebagai seorang muslim untuk bangkit memerangi kemiskinan yang masih menimpa banyak saudara kita, umat Islam.

Umat Islam dan pelaku bisnis seharusnya bersyukur atas sebab Rasulullah membekali umat Islam untuk menghadapi perbedaan. Beliau menegaskan bahwa perbedaan itu adalah rahmat, apabila pandai dan arif menangani perbedaan itu. Islam juga mengajarkan agar perbedaan dan kemajemukan dikembangkan sebagai pendorong untuk melaksanakan perbuatan baik bagi sesama, serta berulang kali mengajarkan untuk br-fastabiqul khairah, berlomba-lomba untuk berbuat kebaikan, termasuk berkompetisi dalam bisnis secara sehat untuk mencapai kesejahteraan dunia maupun kebahagiaan akhirat.

Motivasi yang diajarkan oleh Islam adalah semangat untuk beribadah dengan sungguh-sungguh dan bekerja keras untuk mencari ridha Allah Swt. Melalui kerja keras inilah umat Islam akan mampu menempuh kehidupan dengan bekal kekuatan yang mantab. Sedangkan berdiam diri akan menjerumuskan kepada titik lemah dan ketidak berdayaan. Islam senantiasa mengajak penganutnya untuk senantiasa bergairah, optimis dalam menjalani hidup, bukan menjadi makhluk yang lemah dan miskin. Sebab Islam juga merupakan agama yang berorientasi pada masa depan, yakni kejayaan di dunia dan di akhirat. Sebagaimana firman Allah Swt QS al-Kahfi 7-8 berikut ini:

Artinya:  “Sesungguhnya Kami telah menjadikan apa yang di bumi sebagai perhiasan baginya, agar Kami menguji mereka siapakah di antara mereka yang terbaik perbuatannya (7) dan Sesungguhnya Kami benar-benar akan menjadikan (pula) apa yang di atasnya menjadi tanah rata lagi tandus (8).”

 

Ayat tersebut menunjukkan kepada manusia bahwa bumi ini hanya sebagai tempat bagi manusia-manusia terbaiknya untuk mencari dan mengembangkan fasilitas ibadah dan amaliah, manusia dipersilakan untuk mengeksplorasi bumi dan isinya guna kepentingan ibadah, seperti kejayaan diri, keluarga, negara dan umat manusia pada umumnya. Setiap orang yang tidak mau memanfaatkan waktu dan kesempatan akan merugi.

Islam melarang orang yang menuruti angan-angannya yang kosong, bercita-cita tanpa disertai dengan usaha. Adapun demikian, Islam juga melarang orang yang bekerja keras untuk merealisasikan cita-cita namun melupakan adanya Allah Swt. Islam mengajak setiap manusia untuk ikhlas menyerahkan diri kepada Allah dan bekerja dengan baik. Keselarasan dalam menjalankan tanggung jawab demi kejayaan di dunia, ketenangan di alam kubur dan kenikmatan di akhirat itulah yang menjadi cita-cita dalam tuntunan Islam.

Motivasi ibadah untuk meraih ridha Allah ini dapat dijadikan dorongan untuk membangkitkan jiwa kewirausahaan karena menumbuhkan jiwa kewirausahaan merupakan “pintu gerbang” dalam membentuk dan menumbuhkan pribadi ulet, tanggung jawab, dan berkualitas yang bermuara pada terwujudnya kompetensi kerja. Oleh karena itu, kalau memperhatikan dinamika kehidupan sekarang yang kian kompetitif, maka dituntut untuk cerdas dalam menciptakan ruang yang kondusif bagi tumbuhnya spirit entrepreneurship.

Kesimpulan

Motivasi ibadah untuk meraih ridho Allah dengan jalan bisnis dapat dijadikan dorongan untuk membangkitkan jiwa-jiwa bisnis dan kewirausahaan, sebab menumbuhkan jiwa kewirausahaan merupakan awal dalam membentuk dan menciptakan pribadi yang ulet, tanggung jawab dan berkualitas hingga akhirnya dapat bermuara pada terwujudnya kompetensi kerja.

Dalam konteks kewirausahaan, agama akan mempengaruhi sikap dan perilaku wirausaha melalui penciptaan nilai, menjalankan kegiatan bisnis dengan lebih menekankan pada moral dan etika bisnis. Beberapa studi sebelumnya menyatakan bahwa, ketika religiusitas individu mampu berperan sebagai faktor-faktor yang membedakan dengan individu yang lain, maka itu akan menimbulkan konsekuensi dari perbedaan dalam pencapaian kinerja.

Bahwa ketika bisnis dimulai dan ditujukan berdasarkan semangat beribadah maka hasil yang didapatkan bukan hanya berwujud keuntungan materiil semata, melainkan juga keuntungan yang bisa dinikmati pada tingkatan kehidupan yang abadi, yakni di akhirat kelak.

Journal of Islamic Economics Lariba Terakreditasi

Alhamdulillah, untuk pertama kalinya Journal of Islamic Economics Lariba (JIE Lariba) Program Studi Ekonomi Islam (PSEI) Fakultas Ilmu Agama Islam (FIAI) Universiatas Islam Indonesia (UII) memperoleh penghargaan akreditasi jurnal peringkat 4 oleh Akreditasi Jurnal Nasional (ARJUNA). Kamis, 18 Dzulhijah 1439 H/30 Agustus 2018 M, pengelola menerima predikat akreditasi tersebut di Universitas Muhammadiyah Surakarta, yang bertempat di Ruang Seminar Gedung Induk Siti Waidah Lantai 7 Jl. A. Yani, Pabelan Kartasura.

Sertifikat Terakreditasi Peringkat 4 Journal of Islamic Economics Lariba (JIE Lariba) PSEI UII

JIE Lariba yang sebelumnya bernama Jurnal La_riba sudah terbit sejak tahun 2007. Perubahan nama ini dilakukan untuk menyesuaikan dengan tujuan pengelola jurnal untuk menuju Jurnal Internasional bereputasi. Melihat status terakreditasi yang saat ini keluar, walapun masih berperingkat 4 para pengelola tetap optimis untuk mengejar standar yang lebih tinggi dalam dua tahun kedepan. “Alhamdulillah, walau baru terakreditasi peringkat 4 kami selalu optimis dan semangat untuk mencapai akreditasi yang lebih tinggi hingga terwujud akreditasi internasional”, ujar Muhammad Iqbal SEI., MSI., selaku pengelola jurnal.

Sementara itu, JIE Lariba telah melakukan cukup banyak perubahan sejak pergantian nama dan pengurus dengan mengikuti alur pengelolaan jurnal yg standar. Walau masih banyak pengguna fasilitas web di JIE Lariba mengeluhkan tentang durasi atau alur pengelolaan artikel, pengelola memberikan kelebihan tambahan berupa translasi ke bahasa inggris. “Upaya perubahan sudah dilakukan, mulai dari studi banding hingga mendatangkan para ahli pengelola jurnal untuk dapat merealisasikan cita-cita jurnal terakreditasi internasional”, tuturnya menambahkan.

Selain itu, strategi JIE Lariba juga masih diberikan fasilitas pengajuan gratis kepada para calon penulis sehingga tidak ragu untuk memasukkan tulisannya ke jurnal terakreditasi. Dari beberapa upaya pengelola tersebut diharapkan proses percepatan kenaikan peringkat akreditasi oleh JIE Lariba  segera memperoleh hasil, Aamiin.