Gen Z Peduli Wakaf Uang

Amalan Unik di Bulan Ramadan

Boleh enggak sih tamak? Pasti dibilang enggak boleh. Tapi di bulan Ramadan, gimana dong kalau tamak untuk meraih pahala? So pasti, sepakat boleh banget. Di bulan ibadah ini, orang-orang berlomba-lomba untuk melaksanakan ibadah sebanyak mungkin. Mengapa? Karena ibadah di bulan Ramadan pahalanya berbeda, yang pasti lebih baik dibandingkan pahala ibadah di luar bulan Ramadan. Nah, amalan unik di bulan Ramadan itu kan salah satunya berpuasa. Puasanya aja selama sebulan, keren banget. Bisa dapet banyak manfaat, pahala, dan hikmah.

Salah satu hikmah dari amalan puasa di syahrul shiyaam itu, ialah penghematan dalam konsumsi berupa makanan. Bagaimana bisa hemat? Ayo dihitung. Diasumsikan, apabila biaya seseorang untuk setiap kali makan sebesar Rp15.000,00, dan dalam sehari melakukan konsumsi buat makan sebanyak 3 kali, maka pengeluaran untuk konsumsi makan selama sebulan atau 30 hari, terakumulasi menjadi sebesar Rp1.350.000,00. Bagaimana dengan konsumsi makan di bulan Ramadan?

 

Bisakah Hemat di Bulan Ramadan?

Kebutuhan makan seorang Muslim di bulan Ramadan pasti berbeda, karena hanya mengeluarkan anggaran untuk sahur dan berbuka puasa. Artinya hanya dua kali makan dalam sehari. Jika dihitung pengeluarannya selama sebulan, maka hanya mengeluarkan Rp900.000,00. Dari hitungan tersebut maka diperoleh penghematan sebesar Rp 450.000,00 dalam satu bulan di bulan Ramadan. Besar juga ya saldonya. Lalu akan digunakan untuk apa ya? Bagi sobat gen Z, boleh jadi uang sebesar itu akan ditabung, atau mungkin dibelanjakan, atau bisa juga lho disedekahkan.

Di bulan penuh kedermawanan ini, dalam sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim, Rasulullah SAW telah memberikan contoh bagi kaum Muslim, yaitu bahwa di bulan Ramadan, beliau teladan umat itu, menjadi seorang hamba yang makin dermawan dalam melakukan amal kebajikan (sedekah) melebihi cepat dan luasnya hembusan angin, dibandingkan di luar bulan Ramadan.

 

Gen Z Berburu Pahala di Bulan Ramadan!

Siapa yang tidak ingin berburu pahala? Pasti dong. Bagi seorang Muslim, tidak di bulan Ramadan saja, rasionalitas konsumsinya sudah diarahkan untuk mendapatkan pahala. Apalagi di bulan syahrul mubarok ini, bulan yang penuh keberkahan, semua berharap untuk mendapatkannya. Bila perlu, bisa seintensif, seinovatif, dan seberagam mungkin untuk dapat meraih pahala dari beragam kebaikan yang mampu dilakukannya.

Bahkan terkadang perilaku seorang Muslim di bulan Ramadan sangat tidak rasional jika dipandang dari kacamata rasionalitas konvensional. Emang kenapa? Karena seorang Muslim akan berusaha lebih banyak untuk dapat berbagi kepada sesama, dalam bentuk apapun, hanya untuk mendapatkan sebanyak mungkin pahala dan ridhoNya, utamanya di bulan Ramadan.

Termasuk ketika memiliki saldo uang sebesar Rp450.000,00 tadi, karena berpuasa. Dengan menjalankan ibadah puasa, menyebabkan berkurangnya konsumsi atau makan dalam 1 hari, mengingat selama puasa aktivitas makan yang biasanya 3 kali akan berkurang menjadi 2 kali saja, yaitu pada saat sahur dan berbuka puasa. Nah selanjutnya, dalam membelanjakan uang sebesar Rp 450.000,00 itu, sebagai seorang Islamic man, pasti akan memutuskan untuk berbelanja yang terbaik, agar hartanya tersebut makin memberikan kemanfaatan dan keberkahan dalam hidupnya.

 

Sedekah itu Tabungan!

Benar sobat, menabung adalah hal baik untuk menjaga sekaligus mengantisipasi keuangan di masa mendatang. Artinya berinvestasi sekarang, untuk dipetik di masa depan. Lalu apakah sedekah juga merupakan tabungan? Benar juga! Karena, bersedekah merupakan amalan mulia yang sangat dicintai Allah SWT. Mengapa? Karena sedekah itu memberikan manfaat kepada makhluk Allah SWT yang lain, yang membutuhkan bantuan. Nah, sobat yakin kan, dengan bersedekah pasti ada pahala dan hikmahnya? Sebagaimana firman Allah SWT dalam Q.S. Al-Baqarah (2) ayat 261, yang artinya:

“Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir. Pada tiap-tiap bulir seratus biji. Allah melipat gandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki, dan Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui.”

Dari ayat tersebut, jelas bahwa Allah SWT pasti mengganti uang yang sudah sobat sedekahkan, bahkan dengan berlipat pahala. Jadi, sedekah itu ibarat berinvestasi juga, kan? Pastinya, jika sobat bersedekah, berarti memiliki kepedulian individu kepada khalayak sosial, yang itu sangat banyak faedahnya. Bagi sebagian orang, mungkin Rp450.000,00 itu tidak ada nilainya, namun berbeda bagi sebagian lain yang sedang membutuhkan.

 

Era Digitalisasi Wakaf Uang

Generasi muda saat ini, berada di lingkungan yang serba digital. Mau berbelanja, belajar, berkomunikasi, bahkan ketika ingin berpahala, dapat memanfaatkan kemajuan teknologi. Hanya dengan melalui handphone, serasa semua urusan dunia sudah ada di genggamannya.

Sobat gen Z, jika sobat ingin memiliki pahala yang terus mengalir walaupun sobat sudah tiada, maka bisa dengan sedekah jariyah, yaitu berwakaf uang. Wakaf uang itu orientasinya mewujudkan dana abadi umat (endowment fund), karena nilai pokok wakaf tidak boleh berkurang, adapun yang boleh disedekahkan adalah imbal hasil wakaf uangnya, yaitu profit hasil memproduktifkan aset wakaf uang yang dilakukan oleh pengelola wakaf (nazhir).

Wakaf uang itu hadir dengan berbagai kemudahan, diantaranya tidak harus menunggu kaya, dan dapat dilakukan melalui QRIS yang mudah diakses dari handphone. So, saldo Rp450.000,00 tadi sudah bisa lho untuk berwakaf. Luar biasa nih, kalau sobat gen Z sudah bisa berinvestasi buat dunia dan akhirat. Jadi nambah seru kan, karena handphone sobat gen Z dapat bermanfaat tidak hanya untuk urusan dunia, tapi juga urusan akhirat.

Lalu kapan berwakaf uang? Sekarang juga bisa. Bagus lho dimulai sejak dini. Karena, jika sobat gen Z menjadikan berwakaf uang itu sebagai gaya hidup (life style), maka kesejahteraan masyarakat dari manfaat imbal hasil wakaf uang itu, dapat segera terwujud. Nah, bergegas yuk menjadi bagian dari wakif pegiat dana abadi umat melalui wakaf uang. Gimana, keren kan? Ayo sobat gen Z, selagi ada umur, jangan ragu-ragu untuk memulai berwakaf uang.

 

Penulis : Dr. Siti Achiria, SE., MM

Resolusi Ramadhan, Pov Sobat Ekis !!

Bulan Ramadhan merupakan waktu yang istimewa bagi umat Muslim di seluruh dunia. Selain sebagai bulan ibadah dan introspeksi spiritual, Ramadhan juga bisa menjadi momentum penting untuk merenungkan dan mengelola keuangan dengan bijak. Bagaimana ramadhan sobat ekis tahun ini? apakah ada kemajuan? atau masih gitu-gitu aja?. Nah dalam artikel ini, kami akan membahas bagaimana sobat ekis agar dapat lebih mengoptimalkan pengeluaran di pertengahan bulan ramadhan ini dengan mengelola keuangan yang lebih baik.

Terkadang paradigma ini terbalik, bulan Ramadhan seharusnya membuat pengeluaran kita berkurang, namun faktanya sering kali bulan Ramadhan justru membuat beberapa orang kebablasan menggunakan uang dengan tidak bijak. Kita tergoda untuk membeli segala macam hal yang menarik perhatian, sehingga uang terbuang sia-sia seperti pada pembelian makanan, pakaian dan barang-barang lainnya yang tidak penting. Padahal, bulan Ramadhan seharusnya menjadi kesempatan untuk memperbaiki pengelolaan keuangan kita. Kita dapat memulai pengelolaan keuangan pada bulan Ramadhan yang pada awalnya bulan Ramadhan memang  tidak membuat kita banyak mengeluarkan uang, sehingga kita dapat membiasakan diri untuk pengelolaan keuangan yang lebih baik kedepannya di bulan-bulan selanjutnya. Bukankah mengelola keuangan dengan baik juga termasuk kedalam ibadah? dimana kita berusaha untuk lebih baik dan tidak boros, hal itu merupakan bagian dari perbaikan diri selama bulan Ramadhan.

Dengan demikian, selain fokus pada ibadah, sebagai sobat ekis tentunya harus bisa memanfaatkan momentum Ramadhan untuk menyempurnakan pengelolaan keuangan kita dan mendekatkan diri pada prinsip-prinsip keuangan Islam yang bijaksana. Berikut beberapa tips yang bisa sobat ekis terapkan untuk mengelola keuangan lebih baik :

           Nabung Lebih, Jajan Sedikit

Dalam suasana Ramadan yang penuh berkah, marilah kita tingkatkan kebiasaan menabung dan mengurangi pengeluaran yang tidak perlu. Dengan cara ini, kita akan memiliki lebih banyak dana untuk digunakan pada hal-hal yang lebih penting dalam hidup kita. Ramadan bukan hanya tentang ibadah, tetapi juga tentang pengelolaan keuangan yang bijak. Penting untuk sobat ekis bisa menghindari pemborosan agar tidak mengalami kekurangan uang di masa depan. Hindarilah godaan untuk membeli barang-barang yang tidak diperlukan atau menghabiskan uang untuk hal-hal yang tidak penting. Sebagai langkah praktis, kita dapat mengatur pengeluaran dengan membuat daftar belanjaan dan mengontrolnya dengan baik.

Dalam Al-Qur’an, Allah berfirman, “Janganlah kamu menghambur-hamburkan (hartamu) secara boros.” (QS Al-Isra’ : 26). Firman Allah ini mengingatkan kita untuk bijak dalam menggunakan harta yang telah diberikan-Nya. Dengan mempraktikkan pengelolaan keuangan yang bijak selama Ramadan, kita tidak hanya menjalankan ibadah, tetapi juga memperlihatkan ketaatan dan kepatuhan kita kepada ajaran agama.

Untuk meminimalisir pemborosan tersebut pada bulan Ramadhan, tentukan anggaran buka puasa dan sahur, rencanakan menu dengan bijak agar tidak hanya sehat tetapi juga ekonomis. Selain itu, pada bulan Ramadhan tentunya akan banyak sekali promo dan diskon, sebagai sobat ekis pastinya kamu bisa memanfaatkan kesempatan ini dengan baik.

Selain menabung  untuk kebutuhan hidup didunia, sobat ekis juga dapat menabung pahala akhirat dengan mengivestasikan uangnya. Salah satu Dosen Prodi Ekonomi Islam UII, Dr. Siti Achiria, SE., MM menyebutkan bahwa Sedekah adalah Tabungan beliau menambahkan

“Menabung adalah seperti berinvestasi sekarang untuk dipetik di masa depan, sedangkan sedekah adalah tabungan yang memberikan manfaat kepada makhluk lain yang membutuhkan bantuan. Dengan bersedekah, pasti ada pahala dan hikmahnya, sebagaimana firman Allah SWT dalam Q.S. Al-Baqarah ayat 261 disana digambarkan bahwa Allah pasti mengganti uang yang disedekahkan dengan berlipat pahala. Jadi, sedekah ibarat berinvestasi juga” ungkap ibu Achiria

           Menyiapkan Cadangan Dana Darurat

Bulan Ramadan seringkali menyertakan berbagai kegiatan sosial dan keagamaan yang mungkin memerlukan pengeluaran tambahan. Untuk mengantisipasi kebutuhan tak terduga, disarankan untuk menyiapkan cadangan dana darurat, dengan memiliki perlindungan ini, kita bisa merasa lebih aman dan tenang selama Ramadan dan seterusnya.

           Utang dan Cicilan Lunasi dengan Bertanggung Jawab

 Bersihkan diri dari beban finansial dengan membayar utang atau cicilan dengan bertanggung jawab. Hal ini akan memberikan kelegaan dan ketenangan batin selama bulan Ramadan.

“Sesungguhnya sebagian dari orang yang paling baik adalah orang yang paling baik dalam membayar (utang)” (HR. Bukhari). 

           Investasi Membangun Masa Depan yang Lebih Baik

Manfaatkan bulan Ramadan sebagai peluang emas untuk memulai perjalanan investasi yang lebih baik. Dengan merenungkan nilai-nilai spiritual, kita dapat memilih investasi yang tepat untuk mencapai masa depan finansial yang lebih baik. Namun, tidak hanya sekadar berfokus pada investasi dunia, sobat ekis juga dapat berinvestasi untuk kehidupan akhirat. Ibu Dr. Siti Achiria, SE., MM menyarankan sebagai generasi muda dan sobat ekis saat ini tentunya akan lebih afdhol apabila kita berburu kebaikan, meraih pahala lewat memperbanyak shadaqah dan menunaikan zakat serta wakaf di bulan Ramadan dimana moment ini tidak dating disetiap saat.

Perlu kamu ketahui, zakat dan sedekah bukan hanya rutinitas keagamaan, tetapi juga bagian integral dari ibadah Ramadan yang memberikan keberkahan. Tentukanlah jumlah zakat yang harus kamu bayarkan dengan teliti, dan alokasikan dana sedekah sesuai dengan rencana keuanganmu. Langkah ini tidak hanya akan membantu mereka yang membutuhkan, tetapi juga memberikan keberkahan dan kedamaian batin dalam pengelolaan keuanganmu. Dengan demikian, setiap langkah investasi dan sedekah yang sobat ekis ambil di bulan Ramadan tidak hanya akan membantu membangun masa depan finansialmu, tetapi juga membawa berkah yang melimpah bagi kehidupan kamu dan mereka yang kamu bantu.

Sebagai umat muslim, keuangan yang teratur dan efisien sangatlah penting. Dengan menerapkan tips-tips sederhana yang telah kami bahas, kita bisa menjalani Ramadan dengan lebih tenang dan bermakna secara finansial. Mari terus berusaha untuk meningkatkan kebiasaan keuangan kita lebih baik, sehingga kita dapat meraih keberkahan dan kesuksesan yang lebih besar tidak hanya di bulan Ramadan, tetapi juga dalam kehidupan sehari-hari.

Amalan Sunah dan Tata Cara Salat Idul Adha

Halo Sobat Ekis, pasti udah gak sabar menunggu momen Idul Adha kan? Idul Adha yang dilaksanakan setiap 10 Dzulhijjah ini menjadi momen yang ditunggu – tunggu untuk kaum muslimin lhoo. Emangnya, apa sih yang spesial dari Hari Raya Idul Adha ini?

Pada Hari Raya Idul Adha, umat muslim yang telah mampu diwajibkan untuk menunaikan ibadah haji ke Tanah Suci dan melaksanakan penyembelihan hewan qurban sebagai bentuk ketaatan, cinta, dan bersyukur kepada Allah SWT. Namun, selain ibadah haji dan menyembelih hewan qurban, Allah SWT memberikan jalan untuk meraih cintaNya melalui salat Idul Adha.

Seperti apa sih tata cara salat Idul Adha yang baik dan benar sesuai dengan yang diajarkan Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam? Yuk simak dibawah!

  1. Niat

Niat salat Idul Adha apabila seorang muslim menjadi imam, yakni dengan bacaan:

Ushalli sunnatan li‘idiladha rakataini imaman lillahi ta’alaa

Artinya : “Aku niat salat sunah Idul adha dua rakaat sebagai imam karena Allah Ta’ala.”

Dan niat salat Idul Adha apabila seorang muslim menjadi makmum, yakni dengan bacaan:

Ushalli sunnatan li ‘idiladha rakataini makmuuman lillahi ta’ala

Artinya : “Aku niat salat sunah Idul adha dua rakaat sebagai makmum karena Allah Ta’ala.”

  1. Takbiratul Ihram
  2. Membaca doa iftitah dengan khusyuk

Bacaan doa iftitah yang paling singkat ialah “Allahu Akbar Kabiro Walhamdu Lillahi Katsira, Wa Subhanallahi Bukrotaw Washila.” (Doa iftitah adalah bagian dari sunah dalam salat).

  1. Membaca Takbir

Pada rakaat pertama, dilakukan dengan 7 kali takbir. Di sela – sela antara takbir, Sobat Ekis dapat melafalkan doa, “Subhanallah wal hamdu lillah wa laa ilaha illallah wallahu akbar.”

  1. Membaca surat Al-Fatihah dan surat lainnya seperti pada salat biasanya.
  2. Rukuk, serta thumaninah
  3. I’tidal, serta thumaninah
  4. Sujud 2 kali, serta thumaninah
  5. Duduk di antara 2 sujud
  6. Berdiri untuk melanjutkan rakaat kedua
  7. Membaca Takbir

Pada rakaat kedua, takbir dilakukan sebanyak 5 kali takbir. Di sela – sela antara takbir, sama seperti rakaat sebelumnya yakni Sobat Ekis dapat melafalkan doa, “Subhanallah wal hamdu lillah wa laa ilaha illallah wallahu akbar.”

  1. Rukuk, serta thumaninah
  2. I’tidal, serta thumaninah
  3. Sujud 2 kali, serta thumaninah
  4. Duduk di antara 2 sujud
  5. Membaca tahiyat akhir
  6. Mengucapkan salam

Berbeda dengan salat sunah Jum’at pada biasanya, dalam salat Idul Adha khotbah dilaksanakan setelah salat sunah selesai dikerjakan. Jadi, Sobat Ekis jangan sampai lupa ya!

Agar pahala Idul Adha Sobat Ekis makin maksimal, maka lebih baik jika Sobat Ekis melaksanakan amalan – amalan sunah sebelum dan sesudah salat Ied.

Ada beberapa amalan yang dapat Sobat Ekis lakukan sebelum melakukan salat Idul Adha, antara lain sebagai berikut:

  1. Dianjurkan untuk tidak memotong kuku ataupun rambut

Jika Sobat Ekis melaksanakan ibadah qurban, maka dianjurkan untuk tidak memotong kuku maupun rambut sebelum hewan qurban disembelih. Anjuran ini sesuai dengan hadist Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam dalam HR Muslim, nomor 1977.

  1. Mandi besar

Melakukan mandi besar yang dianjurkan untuk dilakukan sebelum berangkat ke lokasi pelaksanaan salat.

  1. Memakai pakaian terbaik yang dimiliki.
  2. Berangkat lebih awal

Usahakan berangkat lebih awal agar memperoleh shaf deretan terdepan dan ikut melantunkan takbir dengan jamaah lainnya.

  1. Mengumandangkan takbir

Amalan ini disunahkan sejak terbenamnya matahari di tanggal 10 Dzulhijjah sampai imam berkhotbah. Takbir dapat dilanjutkan sampai hari Tasyrik di tanggal 11, 12, 13 Dzulhijjah.

  1. Dianjurkan untuk tidak sarapan terlebih dahulu

Berbeda dengan salat Idul fitri, pada pelaksanaan salat Idul Adha Sobat Ekis dianjurkan untuk tidak sarapan maupun makan sebelum berangkat salat.

Berbeda dengan sebelumnya, setelah melaksanakan ibadah salat Idul Adha, ada beberapa amalan sunah yang dapat Sobat Ekis lakukan, berikut ini diantaranya:

  1. Menempuh perjalanan pulang ke rumah yang berbeda dengan arah kedatangan ketika menuju lokasi salat Ied.
  2. Setibanya di rumah/tempat tinggal Sobat Ekis, disarankan untuk makan. Biasanya, makan bersama usai salat ied ini dilakukan bersama dengan keluarga ataupun teman.
  3. Setelah melakukan pemotongan hewan qurban, jika Sobat Ekis berqurban maka dianjurkan untuk memotong rambut, kuku, dan menggunakan wewangian atau parfum.

Demikianlah informasi mengenai tata cara salat Idul Adha beserta amalan – amalan sunahnya. Semoga Sobat Ekis sekalian dapat memaksimalkan ibadah di Hari Raya Idul Adha ini dengan sebaik – baiknya, dan semoga ibadah kita semua diterima oleh Allah SWT. Aamiin yaa rabbal’alamiin.

Jadi Waktu Terbaik untuk Menikah, Apa Saja Keistimewaan Lain di Bulan Syawal?

Bulan Syawal merupakan bulan penanda kemenangan bagi umat muslim, khususnya kemenangan setelah satu bulan penuh beribadah khusyuk di bulan Ramadhan. Penanda kemenangan ini diawali dengan Hari Raya Idul Fitri pada 1 Syawal. Tanggal 1 Syawal seluruh umat muslim di berbagai belahan dunia mengumandangkan takbir. Oleh karena itu, bulan Syawal merupakan bulan dikumandangkannya takbir oleh seluruh umat Islam secara serentak, paling tidak selama satu malam begitu memasuki tanggal 1 Syawal.

Selain bulan Ramadhan, bulan Syawal juga merupakan salah satu bulan terbaik dalam Islam. Banyak amal ibadah yang dianjurkan untuk dilaksanakan di bulan Syawal ini. Diantaranya adalah puasa sunah 6 hari dan menikah di bulan Syawal.

Namun, bukan hanya itu saja. Seorang muslim dianjurkan untuk semakin meningkatkan ibadah dan amalan kepada Allah SWT pada bulan Syawal. Jadi, amalan pada bulan Ramadan tidak hanya berakhir di bulan puasa saja, namun terus berkelanjutan dan ditingkatkan pada bulan Syawal. Dosen Program Studi Ekonomi Islam Universitas Islam Indonesia. Sofwan Hadikusuma, Lc, M.E berpendapat,

“Setelah Ramadhan berakhir, seorang muslim mempunyai tantangan tersendiri untuk mempertahankan sekaligus meningkatkan ketakwaan yang sudah diperolehnya melalui ibadah-ibadah di bulan Ramadhan. Bulan syawal menjadi momentum terbaik untuk bisa mulai menaklukkan tantangan itu.”

Banyak keistimewaan lain di bulan Syawal yang dapat dirasakan oleh umat Muslim. Tak hanya itu, ada pula beberapa amalan di bulan ini yang bisa dilakukan untuk menyempurnakan ibadah Ramadan. Apa sajakah keistimewaan lain di bulan Syawal? Berikut penjelasannya.

  1. Bulan Kemenangan

Kebanyakan orang memaknai bulan Syawal sebagai bulan kemenangan atau kemerdekaan umat Islam. Mereka merasa menang sebab telah berhasil melewati ujian menahan lapar dan hawa nafsu ketika puasa selama sebulan penuh.

Terkadang, beberapa orang salah memaknai tanggal 1 Syawal. Idul Fitri dianggap sebagai bulan kebebasan. Padahal, bulan Syawal seharusnya menjadi keberlanjutan dari bulan Ramadan dengan mempertahankan kebiasaan-kebiasaan baik yang telah dilakukan sebelumnya.

Sofwan Hadikusuma, Lc, M.E  menabahkan, “Allah SWT menyukai hambanya yang istiqamah dalam beribadah dan beramal saleh. Sebagaimana Allah SWT memfasilitasi hambanya di bulan ramadhan dengan kesempatan besar untuk melakukan ibadah, begitu juga di bulan syawal. Kesempatan beribadah dengan ganjaran luar biasa juga tetap bisa ditemukan di bulan syawal.”

 

  1. Puasa 6 Hari Setara Puasa Setahun Penuh

Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, keistimewaan bulan Syawal yang pertama adalah puasa 6 hari. Puasa 6 hari pada bulan Syawal ini biasanya dilakukan mulai hari kedua bulan Syawal, karena di hari pertama yaitu saat hari raya Idul Fitri diharamkan untuk melaksanakan ibadah puasa. Setelah menjalani puasa selama satu bulan penuh pada bulan Ramadan, puasa 6 hari di bulan Syawal ini menjadi pelengkap atau penyempurna amalan pada bulan Ramadan.

Walaupun biasa dilakukan pada hari kedua bulan Syawal, banyak juga yang melaksanakan ibadah puasa 6 hari di bulan Syawal ini pada minggu kedua bulan Syawal. Hal ini disebabkan karena minggu pertama Syawal kebanyakan orang masih merayakan hari raya Idul Fitri dengan bersilaturahmi ke rumah keluarga maupun teman.

Keutamaan puasa Syawal terdapat dalam hadis yang diriwayatkan Muslim. Hadis itu berasal dari Abu Ayyub Al Anshori yang pernah mendengar sabda Nabi Muhammad SAW.

“Barangsiapa yang berpuasa Ramadan kemudian berpuasa enam hari di bulan Syawal, maka dia berpuasa seperti setahun penuh.” (HR Muslim).

 

  1. Bulan Pembuktian Takwa

Keistimewaan lainnya di bulan Syawal, yakni sebagai bulan pembuktian takwa. Walaupun Ramadan telah usai, bulan ini menjadi tantangan untuk membuktikan keberhasilan ibadah yang dikerjakan saat bulan suci tersebut. Hal ini tentu akan menjadi pembuktian tingkat derajat ketakwaan dan keistiqomahan seseorang di hadapan Allah SWT.

Oleh karena itu, di bulan ini umat muslim sangat dianjurkan untuk melanjutkan ibadah-ibadah yang biasa dilakukan di bulan Ramadan, seperti sholat qiyamul lail berupa tahajud, witir, puasa sunah, bersedekah, dan amalan – amalan baik lainnya.

 

  1. Bulan silaturahmi

Di hari raya yang jatuh pada 1 Syawal biasanya digunakan untuk saling mengunjungi kerabat, teman, dan orang-orang di sekitar. Bahkan, di hari raya Idul Fitri umat muslim terkadang saling berjumpa dengan kerabat yang sudah lama tidak ditemuinya. Hal tersebut membuat bulan Syawal memiliki keistimewaan tersendiri untuk saling bersilaturahmi.

Jadi, tidak perlu heran bila bulan Syawal begitu istimewa dengan menjadi salah satu bulan dimana kebanyakan umat muslim bersilaturahmi. Bulan Syawal merupakan bulan yang penuh berkah dan ampunan dari Allah SWT dengan silaturahmi dan bermaaf – maafan yang dilaksanakan oleh seluruh umat islam.

 

  1. Kesempatan Mengganti Ibadah I’tikaf yang Tertinggal di Bulan Ramadhan

Di bulan Syawal, umat muslim juga memiliki kesempatan untuk mengganti ibadah i’tikaf yang tertinggal di bulan Ramadan karna belum sempat melaksanakannya. Bulan Syawal dapat dikatakan sebagai penyempurna amalan yang belum bisa dilaksanakkan saat Ramadan.

Mengganti ibadah i’tikaf di bulan Syawal juga turut dilakukan oleh Rasulullah SAW. Rasul pernah melakukan i’tikaf di lain hari, yaitu pada sepuluh hari terakhir bulan Syawal sebagai ganti (qadha’) i’tikaf yang belum sempat dilakukan saat Ramadan.

 

  1. Bulan pernikahan

Keistimewaan bulan Syawal yang terakhir adalah melaksanakan pernikahan. Tentunya Sobat Ekis sudah tidak asing lagi dengan keistimewaan bulan Syawal satu ini, pasalnya sering sekali setelah hari raya Idul Fitri banyak umat Islam yang melaksanakan pernikahan.

Namun sebenarnya, pada masa jahiliyah bulan Syawal justru dianggap sebagai bulan yang tidak baik dan membawa sial sehingga penduduk Makkah dilarang menikah di bulan tersebut. Mitos itu muncul sebab di suatu bulan Syawal pernah terdapat wabah penyakit yang menjangkit kawasan Makkah. Rasulullah SAW kemudian mematahkan mitos tersebut dengan menikahi putri Abu Bakar, Siti Aisyah, pada bulan Syawal.

 “Rasulullah SAW menikahiku saat bulan Syawal dan mengadakan malam pertama dengan aku di bulan Syawal. Manakah istri beliau yang lebih mendapatkan perhatian selain aku?” (HR. Muslim, An Nasa’i).

Jadi menikah di bulan Syawal merupakan salah satu sunah rasul, dimana Nabi Muhammad SAW menikah pada bulan Syawal.

 

“Hal terpenting bagi seorang muslim adalah menyadari bahwa syawal merupakan bulan yang tak kalah istimewa dibanding bulan ramadhan ataupun bulan-bulan hijriyah lainnya. Kita berdoa semoga semangat ramadhan bisa tetap hidup di bulan-bulan lainnya terutama di bulan syawal yang diberkahi ini. Aamiin allahumma amin.” Sofwan Hadikusuma, Lc, M.E  dalam penutupnya.

10 Keutamaan di 10 Hari Terakhir Bulan Ramadhan

Sebagai seorang Muslim, 10 hari terakhir Ramadhan merupakan momen penuh keharuan dan kekhawatiran. Keharuan akan istimewanya 10 hari terakhir Ramadhan yang terdapat malam lailatul qadar didalamnya, dan kekhawatiran apakah masih dapat bertemu lagi dengan Ramadhan tahun berikutnya dengan segala keterbatasan umur yang dimiliki.

Maka dari itu, 10 hari terakhir Ramadan ini banyak orang yang memanfaatkannya dengan beribadah lebih khusyuk dan lebih baik lagi. Banyak di antaranya yang melakukan i’tikaf di masjid selama 10 hari terakhir Ramadan, sesuai dengan suatu hadis yang diriwayatkan oleh ‘Aisyah radhiyallahu anha, “Rasulullah sangat bersungguh – sungguh beribadah pada 10 hari terakhir (bulan Ramadhan), melebihi kesungguhan beribadah di selain (malam) tersebut.” (HR. Muslim).

Dari hadis tersebut, terlihat keutamaan semangat beribadah Rasulullah SAW di 10 hari terakhir Ramadan. Bahkan sosok Rasulullah SAW yang sangat dijamin masuk surga oleh Allah SWT, justru lebih giat beribadah demi meraih ridha-Nya. Salah satu dari banyaknya keutamaan 10 hari terakhir bulan Ramadhan adalah turunnya malam Lailatul Qadar, malam yang mulia dan mempunyai nilai lebih dari 1000 bulan. Dalam hadisnya, Rasulullah SAW bersabda:

“Carilah Lailatul Qadar pada sepuluh malam terakhir dari bulan Ramadhan, pada malam yang ke sembilan tersisa, malam yang ke tujuh tersisa, malam yang ke lima tersisa,” (HR. Bukhari).

Karena itu, umat Islam sangat disarankan untuk beribadah, terutama ibadah malam pada 10 hari terakhir Ramadhan. Selain menjadi malam 1.000 bulan, beberapa keutamaan 10 malam terakhir bulan Ramadhan ini akan menambah keistimewaannya. Di antaranya yakni:

  1. Malam diturunkannya Al-Qur’an

Dalam QS Al-Baqarah ayat 185, Allah SWT berfirman “Bulan Ramadan adalah (bulan) yang di dalamnya diturunkan Al-Qur’an, sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang benar dan yang batil). Karena itu, barangsiapa di antara kamu ada di bulan itu, maka berpuasalah…”

  1. Malam yang lebih baik dari seribu bulan

Maksudnya ialah saat mengerjakan amalan pada malam lailatul Qadar, nilainya lebih baik dari seribu bulan. Apabila melakukan amal kebaikan, akan dihitung seperti melakukan kebaikan selama seribu bulan. Dalam QS Al-Qadr ayat 2-3 Allah SWT berfirman: “Dan tahukah kamu apakah malam kemuliaan itu? Malam kemuliaan itu lebih baik dari seribu bulan.”

  1. Malam penuh keberkahan

Disebut sebagai malam penuh keberkahan karena pada saat lailatul qadar, para malaikat di utus oleh Allah SWT untuk turun ke bumi dan membagi-bagikan rahmat serta keberkahan bagi manusia yang beribadah dengan sungguh-sungguh di malam itu.

Sesungguhnya Kami menurunkannya pada suatu malam yang diberkahi dan sesungguhnya Kami-lah yang memberi peringatan. Pada malam itu dijelaskan segala urusan yang penuh hikmah, (yaitu) urusan yang besar dari sisi Kami.  Sesungguhnya Kami adalah Yang mengutus rasul-rasul.” (QS. Al-Dukhan: 3-5).

  1. Malam kesejahteraan

Allah SWT berfirman dalam QS. Al-Qadar ayat 5 yang berbunyi, “Malam itu (penuh) kesejahteraan sampai terbit fajar.” Lailatur qadar adalah malam yang sangat indah bagi umat muslim. Pada malam  itu, umat muslim tidak hanya diliputi keberkahan tapi juga kesejahteraan.

  1. Malam penuh ampunan

Disampaikan oleh Abu Hurairah, dari Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda, “Barangsiapa menegakkan shalat pada malam Lailatul Qadr atas dorongan iman dan mengharap balasan (dari Allah), diampunilah dosa-dosanya yang telah lalu.” (H.R Al Bukhari, An Nasa’i, dan Ahmad).

Seseorang yang bertaubat dan berdoa maka dosa-dosa di masa lalu akan diampuni oleh Allah SWT. Karena pada malam tersebut Allah SWT membukakan pintu ampunan dengan lebar.

  1. Malaikat – malaikat turun ke bumi

Pada malam itu turun malaikat-malaikat dan malaikat Jibril dengan izin Tuhannya untuk mengatur segala urusan.” (QS. Al- Qadar ayat 4). Pada malam lailatul qadar, malaikat Jibril dan malaikat lainya turun ke bumi membawa rahmat, keberkahan, serta kesejahteraan. Maka dari itu, mari perbanyak membaca doa di malam – malam ganjil sepuluh hari terakhir ramadhan. Sungguh, betapa beruntungnya orang yang memperoleh keberkahan di malam tersebut.

  1. Malam penuh kebaikan

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Sesungguhnya bulan Ramadhan ini telah menghampiri kalian. Dan di dalamnya terdapat malam yang lebih baik dari seribu bulan. Barangsiapa yang terhalang dari menjumpainya, maka sungguh dia telah terhalang dari seluruh kebaikan. Dan tidaklah terhalang dari menjumpainya kecuali orang-orang yang merugi.” (HR Ibnu Majah).

Dari hadist tersebut, Rasulullah SAW menunjukkan betapa berartinya malam lailatul qadar. Sebab pada malam tersebut seluruh kebaikan diperuntukan bagi orang-orang yang bersungguh-sungguh dalam beribadah. Sedangkan bagi yang menghiraukan malam tersebut menjadi orang-orang yang merugi karena tidak mendapatkan apa-apa.

  1. Pintu langit dibuka

Telah datang kepada kalian Ramadhan, bulan yang diberkahi, Allah Ta’ala wajibkan kalian untuk berpuasa padanya, dibukakan padanya pintu-pintu langit, ditutup pintu-pintu neraka Jahim, dan dibelenggu setan-setan yang membangkang. Pada bulan tersebut, Allah memiliki satu malam yang lebih baik dari seribu bulan (seseorang beribadah selama itu). Barangsiapa terhalang dari kebaikannya, sungguh ia orang yang terhalang (dari seluruh kebaikan)” (HR. An-Nasai).

Di bulan ramadhan, termasuk pada malam lailatul qadar Allah SWT akan membukakan pintu-pintu langit dan para malaikat juga akan turun bumi.

  1. Pintu neraka ditutup

Keistimewaan lain dari bulan ramadhan yang didalamnya ada malam lailatul qadar yakni ditutupnya pintu neraka. Malam tersebut hanya dipenuhi kebaikan-kebaikan. Umat muslim yang menjalankan ibadah ikhlas karena Allah SWT akan disejukkan hatinya dan dipenuhi keberkahan.

  1. Pahala dilipat gandakan

Dari Abu Hurairah, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Setiap amalan kebaikan yang dilakukan oleh manusia akan dilipatgandakan dengan sepuluh kebaikan yang semisal hingga tujuh ratus kali lipat. Allah Ta’ala berfirman (yang artinya), “Kecuali amalan puasa. Amalan puasa tersebut adalah untuk-Ku. Aku sendiri yang akan membalasnya. Disebabkan dia telah meninggalkan syahwat dan makanan karena-Ku. Bagi orang yang berpuasa akan mendapatkan dua kebahagiaan yaitu kebahagiaan ketika dia berbuka dan kebahagiaan ketika berjumpa dengan Rabbnya. Sungguh bau mulut orang yang berpuasa lebih harum di sisi Allah daripada bau minyak kasturi.” (HR. Bukhar-Muslim).

Hadist tersebut menjelaskan bahwa segala amalan yang dikerjakan pada bulan ramadhan akan dilipat gandakan, bahkan hingga tujuh ratus kali lipat. Baik itu solat sunnah, membaca Al-quran dan perbuatan-perbuatan kebaikan lainnya. Kecuali puasa yang akan dibalas oleh Allah SWT.

Setelah mengetahui keutamaan – keutamaan 10 hari terakhir bulan Ramadhan diatas, tentunya Sobat Ekis harus lebih giat untuk beribadah agar memperoleh keberkahan dari malam tersebut. Yang perlu diingat ialah, malam lailatul qadar tidak dating setiap harinya, namun hanya 1 kali dalam setahun. Amalan – amalan apa saja yang harus ditingkatkan di 10 hari terakhir Ramadhan kali ini? Yuk simak selengkapnya disini.

“Zakat, Infak, Sedekah, dan Wakaf. Mana Yang Lebih Penting?”

Zakat, Infak, Sedekah, dan Wakaf, atau yang bisa dikenal dengan singkatan ZISWAF ini tentu sudah tidak asing lagi bagi Sobat Ekis tentunya. Karena ZISWAF menjadi salah satu instrumen untuk mengatasi kemiskinan dan kesenjangan sosial ekonomi di Indonesia. ZISWAF mendorong agar harta mengalir dan tidak menumpuk, serta mendorong perekonomian masyarakat tumbuh secara sehat dan adil.

Namun, manakah instrumen ZISWAF yang lebih penting untuk dikembangkan? Apakah zakat, infak, sedekah, atau wakaf? Sebelum mengetahui mana yang lebih penting, yuk kita cari tau terlebih dahulu apa pengertian dan perbedaan dari Zakat, Infak, Sedekah, dan Wakaf.

Zakat merupakan Rukun Islam yang ke-3 serta wajib dikeluarkan untuk harta tertentu yang sudah mencapai haul dan nishabnya, dan diberikan hanya kepada golongan tertentu yakni 8 asnaf (Fakir, Miskin, Amil, Muallaf, Riqab, Gharimin, Fisabilillah dan Ibnu Sabil).

Sedangkan Infak adalah mengeluarkan sebagian harta untuk kepentingan yang diperintahkan ajaran Islam. Jika zakat ada nisabnya, Infak tak mengenal nishab. Sementara kata sedekah adalah segala bentuk pembelanjaan (Infak) di jalan Allah. Berbeda dengan zakat, sedekah tidak dibatasi atau tidak terikat dan tidak memiliki batasan-batasan tertentu. Sedekah, selain bisa dalam bentuk harta, dapat juga berupa sumbangan tenaga atau pemikiran, dan bahkan sekedar senyuman.

Wakaf sendiri merupakan pemberian aset yang berupa tanah, gedung, rumah, kendaraan, masjid, dan aset lainnya yang bersifat produktif. Aset tersebut nantinya akan dikelola oleh lembaga atau badan wakaf agar bisa dikelola dengan baik dan sesuai dengan syariat islam. Wakaf ini merupakah salah satu amal jariah bagi yang melakukannya. “Jika seseorang meninggal dunia, maka terputus lah amalannya kecuali tiga perkara, sedekah jariah, ilmu yang di manfaatkan, dan doa anak yang shalih.” (HR. Muslim).

Sampai sini, udah tau kan perbedaan dari masing – masing instrumen ZISWAF di atas? Singkatnya, jika zakat adalah harta tertentu yang hanya diberikan untuk orang – orang tertentu dan dengan waktu tertentu, Infak merupakan segala macam bentuk pengeluaran (pembelanjaan), baik untuk kepentingan pribadi, keluarga, maupun yang lainnya. Pengertian sedekah sama dengan Infak, termasuk juga ketentuan dan hukumnya. Namun, sedekah memiliki arti luas, tak hanya menyangkut hal uang namun juga yang bersifat non materil. Sedangkan wakaf, adalah suatu aset yang diberikan untuk dimanfaatkan kegunaannya, bukan diberikan secara keseluruhan.

Menurut dosen Manajemen dan Praktikum ZIS PSEI Ibu Martini Dwi Pusparini, SHI., MSI, Zakat merupakan salah satu bentuk filantropi dalam Islam dan  mekanisme penting bagi pembangunan negara karena membantu menciptakan keharmonisan dalam masyarakat dengan menjembatani kesenjangan antara  kaya dan miskin.

Ibu Martini menambahkan, “Pada 2015 – 2019 pertumbuhan Zakat, Infak, Sedekah, dan DSKL (Dana Sosial Keagamaan Lainnya) menunjukkan tren yang positif, dengan laju pertumbuhan majemuk tahunan sebesar 34,33 persen. Hal ini menunjukkan bahwa kinerja lembaga zakat terus meningkat dan kesadaran masyarakat terhadap penyaluran zakat oleh lembaga publik meningkat sebesar 4.444 setiap tahunnya.”

Selain itu, wakaf juga merupakan instrumen penting dalam kerangka sosial Islam selain Zakat, Infak, dan Sedekah. Karena wakaf dapat memanfaatkan potensi pemberian amal tanpa pamrih dengan cara yang efektif untuk dampak ekonomi yang lebih baik di segmen sosial masyarakat yang ditargetkan.

“Sebagai negara dengan penduduk muslim terbesar di dunia, tentunya Indonesia juga memiliki potensi wakaf yang sangat besar. Terlebih lagi, Indonesia juga dinobatkan sebagai negara paling dermawan di antara 140 negara lainnya di dunia berdasarkan Laporan dari World Giving Index yang diterbitkan oleh Charities Aid Foundation (CAF) pada tahun 2021 lalu. Hal ini memunculkan harapan untuk membangkitkan semangat berwakaf khususnya bagi kaum muslim di Indonesia.”

Dan yang terakhir, Ibu Martini menyampaikan “Penelitian yang dilakukan oleh Ascarya (2021) menunjukkan bahwa Keuangan Sosial Islam dengan instrumennya khususnya zakat, Infak dan wakaf dapat membantu pemerintah dan perekonomian untuk pulih dari krisis. Solusi yang diusulkan meliputi: menyelamatkan nyawa (melalui bantuan medis dari ZISWAF); menyelamatkan rumah tangga, dengan membuat jaring pengaman sosial menggunakan zakat-Infak; menyelamatkan pelaku usaha, khususnya usaha mikro kecil (UMK), melalui bantuan keuangan dan usaha (khususnya digital marketing).”

Sehingga, dalam ekonomi islam baik Zakat, Infak, Sedekah, maupaun Wakaf adalah instrumen yang sama pentingnya untuk kemaslahatan umat muslim di manapun. Oleh karena itu, intrumen ZISWAF ini tidak bisa dibiarkan berdiri sendiri – sendiri dan ditentukan bahwa lebih penting dibandingkan dengan instrumen yang lainnya. Karena setiap bagian dalam ZISWAF ini memiliki manfaatnya tersendiri walaupun dengan satu tujuan yang sama, yaitu mencapai Mashlahah.

“Riba Bukan Hanya Soal Bunga Bank?! Apa Penjelasannya?”

Dalam konteks Ekonomi Islam, memakan riba termasuk salah satu dosa besar. Namun, pada praktiknya masih banyak masyarakat yang bingung dengan praktik riba dalam kehidupan sehari-hari, khususnya yang terkait dengan transaksi perbankan. Sehingga, bank konvensional pun masih menjadi pilihan nasabah Muslim termasuk untuk meminjam dana. Tentunya pada perbankan konvensional berlaku bunga, baik itu bunga pinjaman maupun bunga simpanan. Sebenarnya apa itu Riba?

Riba dalam bahasa Arab adalah az-ziyadah, yang artinya tambahan atau kelebihan. Jika dalam konteks umum, kelebihan yang dimaksud ialah tambahan terhadap harta atau pokok utama. Mengutip Fatwa MUI Nomor 1 Tahun 2004, riba adalah tambahan (ziyadah) tanpa imbalan (bila ‘iwadh) yang terjadi karena penangguhan dalam pembayaran (ziyadah al-ajal) yang diperjanjian sebelumnya (ini yang disebut riba nasi’ah).

Dalam Al – Qur’an, riba dijelaskan dalam QS. Ali Imran ayat 130 tentang larangan memakan riba, yang berbunyi:

Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memakan riba dengan berlipat ganda dan bertaqwalah kamu kepada Allah supaya kamu mendapat keberuntungan.”

Menurut dosen Program Studi Ekonomi Islam (PSEI) UII Bapak Adi Wicaksono, SE., MEI, “Riba di perbankan konvensional, berupa bunga mungkin sudah difahami oleh Sobat Ekis semua. Namun, ada pula riba yang biasa ditemui di lingkungan sekitar rumah tangga, yaitu bunga pinjaman pada kas RT RW. Biasanya ibu – ibu desawisma atau semacamnya, punya kas yg menganggur. Nah, dana itu dipinjamkan ke anggota dasawisma dengan sistem bunga”

“Selain itu, adapula bunga di pasar modal konvensional, yaitu yang terjadi pada transaksi margin trading. Investor dipinjami dana dari sekuritas untuk bertransaksi, dan atas pinjaman dana tersebut investor dikenakan bunga” tambah pak Adi.

Anggota Dewan Syariah Nasional MUI, Hidayatulloh SHI MH dalam percakapan dengan mui.or.id mengatakan, ada beberapa jenis riba menurut para ulama. Menurut Hanafi, Maliki, dan Hanbali riba dibagi menjadi riba fadhl dan nasi’ah. Syafi’iyyah membagi riba menjadi fadhl, nasi’ah, yad, dan qardh. Sedangkan Ibn Ruysd membaginya menjadi riba jual beli (bai’) dan riba karena hutang.

Seperti yang sudah disebutkan di atas, bahwa riba bukan hanya berupa bunga bank saja. Jadi, mari kenali jenis – jenis riba yang diharamkan dalam Al – Qur’an dan hadist di bawah ini:

  1. Riba Jahiliah

Riba Jahiliah merupakan jenis riba yang bentuknya pelunasan utang dengan jumlah yang lebih besar daripada pinjaman pokoknya. Umumnya riba semacam ini dikenakan ketika peminjam tidak mampu membayar utang sesuai dengan waktu yang dijanjikan.

  1. Riba Qardh

Riba Qardh merupakan jenis riba paling umum ketika seseorang meminjam uang dengan waktu pelunasan (tenor) dan bunga tertentu. Misalnya, peminjaman uang Rp60 juta dengan bunga sebesar 15% dan waktu pelunasan 6 bulan. Besaran bunga biasanya menjadi persyaratan yang diberikan oleh pemberi utang.

  1. Riba Fadhl

Riba fadhl adalah penambahan nilai dari kegiatan tukar menukar barang atau transaksi jual beli. Misalnya, ketika menukarkan uang pecahan Rp100.000 dengan lembaran Rp2.000-an, tetapi hanya mendapatkan 48 lembar saja, bukan 50 sehingga totalnya tidak lagi seperti nilai awalnya, yakni hanya Rp96.000.

  1. Riba Nasi’ah

Riba nasiah merupakah kelebihan yang diperoleh lewat transaksi jual beli dalam waktu tertentu. Barang yang digunakan dalam transaksi tersebut jenisnya sama, hanya saja dalam pembayarannya ada penangguhan

  1. Riba Yad

Riba yad terjadi dalam transaksi (baik jual beli maupun tukar menukar barang) yang awalnya terjadi tanpa adanya kelebihan. Namun, karena adanya penundaan pembayaran akibat ada salah satu pihak yang meninggalkan akad sebelum serah terima barang, maka nilainya menjadi bertambah.

Supaya Sobat Ekis terhindar dari segala jenis transaksi riba yang telah diharamkan, berikut tips dari Bapak Adi Wicaksono, SE., MEI yaitu:

  1. Mengenal Transaksi yang Mengandung Riba

Sobat Ekis harus mengenal terlebih dahulu transaksi – transaksi yang mengandung riba. Untuk itu, harus semangat belajar, membaca, meningkatkan literasi keuangan konvenensional, agar kita tidak terjebak disana.

  1. Berdiskusi dan Melihat Praktek di Lapangan

Sobat Ekis perlu sering – sering berdikusi, melihat praktek di lapangan, sehingga tidak hanya cukup dengan mengenal teori di kampus. Tetapi, mahasiswa juga perlu berinteraksi dengan dunia nyata.

Itulah pengertian, jenis – jenis, dan tips supaya Sobat Ekis semua tidak terjebak dalam transaksi riba yang telah diharamkan Allah swt. Semoga, kita dapat membangun perekonomian Indonesia yang bebas riba dan berkembang ke arah yang lebih baik. Aamiin yaa rabbal’alamiin.

Tips Meraih Malam Lailatul Qadar

Bulan suci ramadhan merupakan bulan yang mulia, dimana didalamnya terdapat peristiwa yang luar biasa yakni salah satunya adalah malam lailatul qadar. Secara bahasa, lailatul qadar berarti malam ketetapan. Menurut Dr Ahmad Thayyib (Grand Syekh Al Azhar) bahwa lailatul qadar dapat dimaknai dengan berbagai penafsiran, diantaranya sebagai malam yang dipenuhi dengan ampunan Allah SWT, pada malam ini amalan-amalan umat muslim diterima disisi-Nya, mereka dibebaskan dari api neraka, ibadah yang dilakukan pada malam tersebut lebih baik daripada ibadah selama seribu bulan, pada malam lailatul qadar para malaikat diperintahkan turun ke bumi untuk mengucapkan salam kepada orang-orang mukmin yang mau berpuasa dan memintakan ampunan kepada Allah SWT untuk mereka.

Masjid Ulil Albab, Kampus Terpadu UII

Demikianlah betapa mulianya lailatul qadar yang hanya disiapkan oleh Allah SWT khusus pada bulan Ramadhan, dalam beberapa hadist malam ini terletak pada 10 hari terakhir pada bulan ramadhan, dan tidak ada yang tahu di malam yang mana ia akan datang. Diantara berbagai banyak informasi mengenai malam lailatul qadar hal yang terpenting adalah kita tidak boleh menyia-nyiakannya dengan bermalas-malasan, tetapi sebaliknya kita tingkatkan semua ibadah kita demi meraih malam yang lebih baik dari pada seribu bulan itu.

Tidak ada yang tahu dengan pasti terkait ciri-ciri datangnya malam lailatul qadar. Hal tersebut merupakan kehendak Allah SWT. Namun, dalam beberapa hadist disebutkan sebagian tanda-tanda yang terjadi ketika malam lailatul qadar itu datang, diantaranya:

Terkhusus malam Lailatul Qadar sendiri, Rasulullah SAW bersabda: “Carilah Lailatul qadar (di malam-malam  ganjil) pada sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan,” (H.R. Bukhari).

Ubay bin Ka’ab RA, Rasulullah SAW bersabda: Keesokan hari malam Qadar matahari terbit hingga tinggi tanpa sinar bak nampan,” (HR. Muslim)

Dalam meraih malam lailatul qadar, ada beberapa arahan dari para ulama terkait amalan-amalan yang harus ditingkatkan, beberapa perbuatan yang dianjurkan yaitu kita hendaknya berusaha untuk beribadah, menambah amal-amal kebaikan baik itu shalat, istighfar (meminta ampunan), membaca Al-Qur’an, maupun meminta rahmat dari Allah swt., karena Allah SWT akan menerima semua amal di malam ini yang tidak akan diterima di malam-malam lainnya.

Diriwayatkan oleh Ibnu Majah, Aisyah RA pernah bertanya kepada Rasulullah SAW, “Wahai Rasul, andaikan aku bertemu lailatul qadar, do’a apa yang bagus dibaca? Rasul menjawab:

Allahumma innaka ‘afuwwun tuhibbul ‘afwa fa’fu ‘anni

Yang artinya: “Wahai Tuhan, Engkau Maha Pengampun, Engkau menyukai orang yang minta ampunan. Karenanya ampunilah aku” (HR. Ibnu Majah)

 

Semoga kita semua diberikan kesempatan untuk meraih malam lailatul qadar. (Aamiin)

 

Sumber Pemateri: Rheyza Virgiawan, Lc., M.E.

 

Hal-Hal Yang Perlu Dipersiapkan Menyambut Bulan Suci Ramadhan

Bulan suci ramadhan disebut sebagai bulan yang mulia dan merupakan bulan yang sangat ditunggu kedatangannya oleh kaum muslim mengingat datangnya bulan ramadhan hanya sekali dalam satu tahun. Banyak hal yang menjadikan Ramadhan sebagai bulan yang mulia, di antaranya adalah bulan pengampunan dosa, dibukanya pintu-pintu surga dan ditutupnya pintu-pintu neraka, dilipatgandakannya pahala-pahala ibadah, terbuka kesempatan untuk meraih lailatul qadr, dan kemulian lainnya. Dengan melimpahnya keutamaan bulan Ramadhan, datangnya bulan Ramadhan sudah seharusnya menjadi kabar gembira buat kita semua sekaligus menjadi motivasi agar kita tidak menyia-nyiakannya.

Dalam sebuah riwayat hadis dinyatakan bahwa ketika datang bulan Ramadhan, Rasulullah saw. menyampaikan kabar gembira kepada para sahabatnya. Beliau saw. berkata: “Ramadhan telah mendatangi kalian. Bulan yang penuh berkah. Allah mewajibkan kalian untuk berpuasa. Pada bulan ini  pintu langit dibuka, pintu-pintu Jahim (neraka) ditutup, dan para setan dibelenggu. Pada bulan ini terdapat satu malam yang lebih baik dari seribu bulan. Siapa yang tidak memperoleh kebaikannya, maka terhalangi dari kebaikan.” (HR. Ahmad)

Adapun hal-hal yang perlu dipersiapkan untuk menyambut bulan suci Ramadhan. Hal pertama yang harus hadir dalam diri adalah rasa syukur kepada Allah bahwa kita masih diberi kesempatan sekali lagi untuk bisa merasakan manisnya beribadah di bulan Ramadhan. Hal kedua adalah niat dan tekad yang kuat untuk bisa memaksimalkan ibadah serta kesadaran bahwa Ramadhan hanya sebentar, oleh karenanya tidak elok ketika kita hanya rajin di awal namun menyia-nyiakannya setelah beberapa hari berlalu. Selain itu, setiap muslim seyogyanya melengkapi dirinya dengan ilmu terutama tentang fiqh Ramadhan untuk menyempurnakan setiap ibadah yang dilakukannya. Sebagai tambahan, akan lebih baik lagi kalau setiap muslim punya rencana dan target agar pelaksanaan ibadah Ramadhan lebih teratur.

Doa untuk menyambut bulan suci ramadhan

Selain doa yang biasa kita ucapkan sejak bulan rajab, yaitu:

اللَّهُمَّ بَارِكْ لَنَا فِي رَجَبَ وَشَعْبَانَ، وَبَلِّغنَا رَمَضَانَ

“Ya Allah berkahilah kami di bulan Rajab dan Sya’ban dan pertemukanlah kami dengan bulan Ramadhan.”

 

Bisa juga membaca seperti bacaan doa para sahabat, yaitu:

اَللَّهُمَّ سَلِّمْنـِي إِلَى رَمَضَانَ وَسَلِّمْ لِـي رَمَضَانَ وَتسَلَّمْهُ مِنِي مُتَقَبَّلاً

“Ya Allah, antarkanlah aku hingga sampai Ramadhan, dan antarkanlah Ramadhan kepadaku, dan terimalah amal-amalku di bulan Ramadhan.”

 

Sumber Pemateri: Sofwan Hadikusuma, Lc., M.E