Quadruple Helix dalam Pemberdayaan Ekonomi: Tinjauan Teoritis dan Praktis. Webinar Pertama Kelompok Studi Lab. ZISWAF Program Studi Ekonomi Islam UII

Quadruple Helix dalam Pemberdayaan Ekonomi: Tinjauan Teoritis dan Praktis. Webinar Pertama Kelompok Studi Lab. ZISWAF Program Studi Ekonomi Islam UII

(Jum’at, 05/10/2023) Kelompok Studi Lab. ZISWAF Program Studi Ekonomi Islam (PSEI) Fakultas Ilmu Agama Islam (FIAI) Universitas Islam Indonesia (UII) mengadakan Webinar bertemakan, “Quadruple Helix dalam Pemberdayaan Ekonomi: Tinjauan Teoritis dan Praktis”. Webinar ini diperuntukan untuk masyarakat umum dan seluruh mahasiswa Ekonomi Islam UII. Acara ini dilaksanakan secara daring melalui Zoom Meeting.

Webinar ini merupakan acara pertama yang diadakan oleh Kelompok Studi Lab. ZISWAF. Walaupun acara ini dilaksanakan secara daring, namun antusiasme audiens sangat tinggi bahkan hampir seluruhnya menyalakan kamera, menggunakan virtual background yang telah diberikan, dan berjalan interaktif antara pembicara dengan audiens.

Walaupun ini merupakan acara pertama bagi Kelompok Studi Lab. ZISWAF, namun Pemateri yang diundang merupakan dosen profesional yakni Rizqi Anfanni Fahmi, S.EI., MSI., sebagai dosen Prodi Ekonomi Islam UII dan juga penulis buku Quadruple Helix. Tidak kalah, Pemateri kedua yakni Muhammad Zahron juga merupakan Pimpinan Cabang Dompet Dhuafa D.I. Yogyakarta.

Acara ini dibuka oleh Fahri Hanif Rais Wibowo yang merupakan Mahasiswa Prodi Ekonomi Islam angkatan 2022 sekaligus merupakan anggota Kelompok Studi Lab. ZISWAF selaku Master of Ceremony. Dilanjutkan dengan pembacaan ayat suci Al-Qur’an oleh Muhammad Habib Hasan Hasibuan yang juga merupakan anggota Kelompok Studi Lab. ZISWAF. Acara diawali dengan baik dan lancar, dan dilanjut dengan sambutan oleh Sekretaris Prodi Ekonomi Islam UII yakni Fitri Eka Aliyanti, SHI., MA. Fitri menyebutkan bahwa,

“Kita bisa melihat di Indonesia ini potensi zakat sangat besar, tercatat di KEMENAG potensi zakat di Indonesia itu mencapai 327 Triliun pertahun. Dan ini masih menjadi PR bagaimana alokasi dan distribusi zakat bisa menjangkau mustahik yang berjumlah 10,7 juta orang di Indonesia. Oleh karena itu, pembahasan dalam acara kali ini, yaitu mengenai 4 pihak yang dapat memberdayakan masjid dan menjadikan masjid ini sebagai sarana untuk zakat itu sendiri”.

Acara dilanjutkan dengan perkenalan Kelompok Studi Lab. ZISWAF. Kelompok studi ZISWAF (Zakat, Infak, Sedekah, dan Wakaf) ini didirikan dengan tujuan untuk menggali pengetahuan dan pemahaman yang lebih mendalam tentang prinsip – prinsip, aturan, serta praktik – praktik terkait dengan pengumpulan, pengelolaan, dan distribusi dana filantropi publik islam yang sesuai dengan syariat. Kelompok Studi Lab. ZISWAF ini terdiri dari 5 anggota yang dibagi menjadi 4 divisi, yaitu divisi Penghimpunan, Pengelolaan, Pendistribusian, dan Publikasi.

Dilanjut dengan acara inti yang dibawakan oleh pembicara pertama, yakni Rizqi Anfanni Fahmi, S.EI., MSI., selaku dosen Prodi Ekonomi Islam UII dan juga penulis buku Quadruple Helix. Acara ini dipandu oleh Rakhmawati, S.Stat., MA., selaku Moderator yang juga merupakan koordinator dari Lab. ZISWAF FIAI UII. Rizqi Anfanni memulai materi dengan menti.com untuk mengetahui opini audiens mengenai fungsi masjid. Ternyata audiens lebih banyak memilih poin A yakni masjid turut serta memberdayakan ekonomi jama’ahnya, dibandingkan poin B yang menyebutkan bahwa masjid hanya berfokus pada dakwah dan ibadah saja.

Rizqi Anfanni menjelaskan bahwa Quadruple Helix ini merupakan 4 pihak yang berkolaborasi untuk mensukseskan pemberdayaan ekonomi melalui masjid. 4 pihak tersebut adalah akademika (kampus), pengusaha, masyarakat, dan pemerintah. Rizqi Anfanni juga menjelaskan bagaimana 4 pihak tersebut bekerja sama dan saling berhubungan untuk pemberdayaan ekonomi dengan manajemen masjid yang progresif. Rizqi Anfanni menyebutkan,

“Sinergi dan kolaborasi adalah kunci berdaya. Masjid Jogokaryan yang sebesar itu juga dapat berkembang tidak mungkin tanpa adanya kolaborasi, baik dengan jama’ah, industry, maupun pemerintah. Oleh karena itu perlunya sinergi dan kolaborasi yang merupakan kunci untuk memberdayakan ekonomi melalui masjid”.

Dilanjutkan oleh Pembicara kedua yakni Muhammad Zahron selaku Pimpinan Cabang Dompet Dhuafa D.I. Yogyakarta. Zahron menyampaikan materi dari sisi praktis terkait Quadruple Helix dalam pemberdayaan ekonomi. Dengan fokus pembahasan yakni, “Philantropreneur Model Komprehensif Pemberdayaan Mustahik, dari Kemampuan Produksi kepada Perluasan Jaringan Pasar”. Philantropreneur yang di maksud disini ialah menggunakan dana filantropi untuk usaha mustahik agar zakat, infak, dan sedekah yang diberikan dapat berputar dan terus berkembang, dengan cara mengembangkan produksi.

Muhammad Zahron juga menyampaikan bagaimana keterkaitan antara Quadruple Helix dalam kesuksesan program – program DD (Dompet Dhuafa). Seperti halnya kebijakan pemerintah yang medukung, pengembangan produk dan jejaring pasar dengan badan usaha lain, potensi lokal yang mendukung, serta aktifitas pengabdian masyarakat dari akademisi (kampus).

Setelah pemaparan materi dari kedua pembicara, acara dilanjutkan dengan sesi tanya jawab. Walaupun acara ini dilaksanakan secara daring, namun antusiasme audiens sangat tinggi, bahkan banyak dari mahasiswa yang bertanya terkait Quadruple Helix maupun Dompet Dhuafa.

Sebelum acara ditutup, Rizqi Anfanni menjelaskan kembali terkait sistem Infaq dan Sedekah yang digunakan untuk keperluan masjid. Bahwa hal itu sebenarnya sah-sah saja, namun masih banyak masyarakat yang masih kurang paham terkait hal tersebut. Jadi, alangkah lebih baiknya memberikan paham sesuai dengan mazhab atau sumber yang biasanya dijadikan rujukan.